Laporan Wartawan Tribun Jateng, Puthut Dwi Putranto
TRIBUNNEWS.COM, DEMAK - Jumlah produksi garam rakyat di wilayah Kabupaten Demak, Jawa Tengah, tahun ini tercatat mengalami peningkatan yang signifikan.
Hal ini dipicu karena faktor cuaca serta didorong oleh pola kinerja yang diterapkan petambak garam di wilayah pesisir Kota Wali.
Berdasar data dari Asosiasi Petani Garam Rakyat (APGAR), hasil produksi garam di Kabupaten Demak, tahun ini terhitung meningkat sekitar 71 persen.
Dari sebelumnya 75 ton per hektar menjadi 105 ton per hektar.
" Tak luput juga dengan volume panen. Untuk tahun-tahun sebelumnya hanya delapan sampai sembilan kali panen dalam sekali musim. Namun tahun ini sekali musim mencapai 13 kali panen, " terang Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak, Hari Adi Susilo, kepada Tribun Jateng, Rabu (21/10/2015).
Menurut Hari, sejumlah petambak garam di wilayahnya perlahan mulai berupaya meninggalkan struktur produksi garam dengan cara tradisional. Pola tradisional terhitung tidak efisien.
Petambak garam harus menyediakan jumlah tenaga kerja yang tidak sedikit yang tentunya biaya produksi bengkak.
Dalam perkembangannya, para petambak di Demak mulai menggagas pemanfaatan kincir angin guna memperlancar proses produksi.
Langkah ini dinilai efektif untuk menghemat ongkos produksi.
" Sebelumnya, untuk pengisian air pendederan, petambak masih menggunakan cara manual sehingga membutuhkan biaya ekstra untuk tenaga pengisian".
"Kini petambak menerapkan pola semi modern yakni pengisian air pendederan dengan menggunakan kincir angin, " ungkap Hari.
" Untuk mengangkut garam dari lokasi pendederan ke gudang penyimpanan, sudah tidak lagi menggunakan cara pikul. Mereka menggunakan gerobak dorong. Strategi inilah yang mendorong peningkatan hasil produksi, " sambung Hari.
Dikatakan Hari, dengan tidak lagi menerapkan pola tradisional, secara parsial proses produksi yang dilakukan petambak garam di Demak sudah berjalan dengan baik.
" Masa produksi normal garam di Indonesia yakni 6 - 8 bulan. Masa panen besar biasanya berada di bulan Agustus, September hingga November, " imbuhnya.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Demak melibatkan TNI dalam hal pendampingan petani garam di wilayah Kecamatan Wedung dan Bonang.
TNI diharapkan bisa ikut memantau dan memonitor petani garam sebagai upaya khusus dalam produktivitas panen garam.
" Kami kekurangan tenaga pendamping. Kelompok tani garam yang ada hanya ditangani oleh dua orang pendamping. Kami telah bekerjasama dengan TNI terkait hal ini, " kata Hari.
Danramil 06 Wedung Kapten Inf Ahmad Safii, mengaku siap mengawal perkembangan petani garam di Wedung.
Minimnya tenaga pendamping, kata dia, menjadi penghambat pencairan dana bantuan Program Usaha Garam Rakyat (Pugar).
" Di wilayah Demak petambak garam hanya di Wedung dan Bonang. Sehingga peran babinsa sangat penting dalam mendampingi petani garam. Kami siap mendampingi sekaligus memonitor panen garam, " kata Ahmad. (*)