Beberapa tahun lalu Ratna harus berjuang seorang diri setelah bercerai dengan suaminya.
Untuk memenuhi kebutuhan Sela dan membiayai pendidikan Mesia yang duduk dikelas 1 SD, Ratna menjadi buruh cuci pakaian.
Ia berangkat sejak pukul 06.00 wib pagi setelah memberi makan Sela dan pulang selepas magrib.
Sementara Sela terpaksa di tinggal seorang diri di rumah dalam kondisi pintu rumah di kunci dari luar.
Itu pun upah yang diterimanya masih terkadang kurang.
Sehingga, sambil menunggu Mesia pulang sekolah ia terkadang menyambi jadi tukang cuci piring di rumah makan disekitar koni.
"Selama kerja saya terus kepikiran, anak saya di rumah kondisinya gimana. Adeknya saya dak berani tinggali senidiran. Kemarin sempat mau di kerjai orang tapi untung ketahuan," kata Ratna menitikan air mata.
"Kalau tidak kerja gimana saya menghidupi anak saya. Sela setiap hari terpaksa harus puasa, waktu pulang kerja saya baru bisa kasih makan".
"Sebelum berangkat saya gantungin kelambu dulu biar dia dak digigit nyamuk. Mau dititip ketetangga kami ndak enak,"kata Ratna membuat tribun terharu.
Seketika Sela juga ikut menangis melihat ibunya sedih. Ratna dengan cepat memeluk Sela dengan erat untuk menenangkannya.
"Sela gitu kalau lihat orang nangis dia ikut nangis. Makanya dak berani mukul adeknya kalau bandel didepan dia".
"Karna takut dia ikut sedih, dia dak boleh adeknya dinangisi, dia ikut nangis juga,"ujar Ratna.
Meski dengan kondisi ekonomi yang serba terbatas. Ratna tak ingin mengurangi kasih sayangnya pada kedua anaknya.
Meski dalam kondisi tak memungkinkan untuk bersekolah layaknya anak normal. Namun, Sela sangat senang bisa melihat adiknya sekolah.