TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI -Rusaknya hutan di Tanah Air ternyata membawa dampak pada eksistensi pulau-pulau di negeri ini.
Sebab, kontributor terbesar pemanasan global adalah rusaknya hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2.
“Pohon-pohon yang mati melepaskan CO2 yang semula ada di dalam jaringannya ke atmosfer,” kata pakar hukum lingkungan Universitas Airlangga, Suparto Wijoyo.
Ditambahkan pula, pemanasan global adalah dampak dari revolusi industri.
“Bila pemanasan global terus tidak terkendali, akibat yang dirasakan Indonesia adalah tenggelamnya pulau-pulau di Indonesia,” ujar Suparto Wijoyo.
Menurut pria yang akrab disapa Parto ini, dampak nyata dari pemanasan global dapat dirasakan di seluruh wilayah Indonesia, khususnya pulau Jawa yang penduduknya paling padat di antara wilayah Nusantara lainnya.
Dia lalu menunjuk pantai Utara Pulau Jawa (Pantura) sebagai kawasan yang memiliki suhu paling panas.
“Selain berkurangnya pohon-pohon yang berfungsi sebagai penyerap bahan pencemar udara, tingginya gas karbon dari kendaraan bermotor yang setiap hari melintas jadi penyebab teriknya matahari di kawasan ini,” ungkapnya.
Dihubungi terpisah, Endes N Dahlan, dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, mengatakan pula, Indonesia perlu banyak pohon yang berfungsi sebagai penyerap dan penjerat bahan pencemar dan debu di udara yang dihasilkan kendaraan bermotor.
“Selain sebagai peneduh, pohon yang ditanam sebagai penghijauan seyogyanya juga mempertimbangkan fungsinya yang lain, yakni memperbaiki iklim mikro serta berfungsi sebagai penahan terhadap penyebaran polusi udara dari kendaraan,” tuturnya.
Namun, semakin berkurangnya jumlah pohon yang memiliki banyak fungsi untuk kelestarian lingkungan belum banyak disadari oleh sebagian besar masyarakat.
Alih-alih memiliki kesadaran untuk menanam kembali pohon, justru semakin mengurangi populasi pohon yang dampaknya sangat merugikan tidak hanya bagi manusia, tapi juga bagi makhluk hidup lainnya.
Karena itu, baik Suparto Wijoyo maupun Endes N Dahlan sangat mendukung gerakan menanam pohon trembesi di sepanjang Pantura yang dilakukan Djarum Foundation.
Hingga pertengahan 2015, Djarum Trees For Life telah menanam 36.763 pohon trembesi, di sepanjang 1.260 km jalur Pantura mulai dari Merak di Provinsi Banten hingga Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Puncak aksi "Menanam Trembesi 1.350 KM Merak–Banyuwangi” yang telah dilaksanakan sejak tahun 2010 ini akan berakhir di Banyuwangi pada 17 Desember 2015.
Pohon Trembesi yang nantinya tumbuh diharapkan mampu menyerap 1 juta ton gas CO2 setiap tahunnya.
Kegiatan di Banyuwangi itu jadi rangkaian peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia yang diperingati setiap tanggal 28 November.
“Kegiatan ini jadi bagian program penghijauan dan pencegahan erosi lahan hijau yang ada di Indonesia,” cetus Primadi H Serad, Program Director Djarum Foundation.