News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Inilah Salah Satu Keunggulan Pesawat N 219 Buatan Anak Bangsa Dibanding Pendahulunya

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur PT Dirgantara Indonesia, Budi Santoso, mengecek pesawat N 219 di hanggar, Jalan Pajajaran, Bandung, Kamis (12/11/2015).

Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG- Selangkah lagi Indonesia memiliki pesawat buatan anak bangsa, yakni pesawat N 219, setelah 1998 berhenti produksi pesawat N 250.

Pesawat yang merupakan program kerjasama antara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan PT Dirgantara Indonesia itu sudah selesai tahap perancangan dan pembangunan.

Pesawat itu tinggal menunggu peresmian, sertifikasi, dan percobaan terbang pertama.

PT DI pun mengadakan syukuran atas pencapaian tahapan itu di hanggar pesawat N 219, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/11).

ejumlah pihak menghadiri acara tersebut, seperti Direktur Utama PT DI, Budi Santoso, dan jajaran direksi PT DI.

Budi mengatakan, kondisi pesawat N 219 memiliki perbedaan dengan pesawat rancangan PT DI sebelumnya, yakni N 250.

Namun, ia menyebut perbedaan itu bukan dilihat dari pesawatnya.

Menurutnya, yang perlu dibandingkan itu cara proses pengerjaannya.

"Kami membuat N 250 banyak di meja gambar sehingga ketika buat prototipe ada kesulitan karena yang digambar dan di komputer itu tidak cocok ketika diasembling. Persoalan itu bisa dieliminasi pada pembuatan N 219 dengan teknologi yang ada sekarang," ujar Budi.

Selain itu, tambah Budi, pembuatan N 219 lebih benar ketimbang seri pendahulunya.

Hal itu disebabkan, pembuatan N 250 berorientasi menghasilkan produk sehingga hanya prototipe yang dihasilkan.

Contohnya, lanjutnya, prototipe pertama dari N 250 itu beratnya 2 ton lebih berat dari desainnya sehingga tak mungkin diproduksi.

Akibatnya pihaknya harus membuat prototipe lain. Pihaknnya kini ingin membuat prototipe sekaligus pesawat produksi.

"Sementara ini proses (produksi. Red) boleh mundur, tapi produk harus benar. Kalau kejar produk tidak benar, maka kami belajar lagi dari nol'.

'Kami tidak punya waktu untuk itu karena sebagian besar ahlinya di sini sudah mendekati masa pensiun," ujar Budi. (cis)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini