Akibat kejadian itu, kedua kakinya mengalami dislokasi pada sendi pergelangan sehingga tidak bisa digerakkan.
Sementara para penumpang yang lainnya memilih bergelantungan di perut kapal dengan tali.
Untungnya Rambo memakai pelampung sehingga ia terapung di laut hingga diselamatkan petugas.
Rambo tidak pernah berpikir apa yang akan terjadi jika ia tidak mengenakan pelampung.
Pasalnya, ia sempat terapung tanpa bisa menggerakan kaki. Akhirnya, Rambo segera diselamatkan tiga petugas. Ia lantas ditarik naik ke perahu kecil.
Rambo sempat menunggu di tengah ombang-ambing laut Teluk Lamong selama dua jam bersama para petugas penyelamat.
Petugas tidak langsung membawanya ke daratan lantaran masih menunggu evakuasi korban lain. Rambo pun berjuang keras menahan sakit di kedua kakinya.
Setelah sekitar dua jam berlalu, Rambo langsung dibawa ke daratan.
Ia segera dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Port Health Center (PHC) yang berjarak sekitar 1 Km dari Pelabuhan Tanjung Perak. Di RS PHC, perawat lekas membawanya ke ruang Intalasi Gawat Darurat (IGD).
Kaki kanannya diperban dan ditopang dua bilah kayu di bagian kiri dan kanan.
Sedangkan kaki kirinya tidak diperban. Namun terlihat benjolan atau bengkak akibat ia lompat saat menyelamatkan diri.
Rambo menolak melakukan operasi di Surabaya. Ia lebih memilih menyembuhkan sakitnya di kampung halamannya di Ende, Kelurahan Rukun Lima, Jl Gajahmada, Ujung Aspal.
Apalagi, Rambo tidak memiliki uang untuk membayar operasi. Sekalipun sudah ada bantuan, ia tetap memilih pergi dari Surabaya.
“Biarlah saya pulang besok. Biar disembuhkan secara tradisional di kampung halaman,” tegasnya.