Rencananya, Rambo pulang ke Ende naik pesawat terbang pada Rabu pagi (18/11/2015) sekitar pukul 10.00 wib.
Ia ditemani seorang saudaranya berangkat dari Bandara Internasional Juanda.
Tidak banyak yang ia bawa pulang karena barang-barangnya telah hilang bersama tenggelamnya kapal.
“Ya pakai kursi roda pulang ke kampung halaman,” tambahnya.
Ketika ditemui di RS PHC, Rambo tidak sendirian di ruang perawatan. Ada bibinya, Saudah (45) yang menemani Rambo. Saudah, yang akrab dipanggil Mama Leman tampak lemas. Matanya terlihat merah.
Saudah mengaku keempat keponakannya menjadi korban tenggelamnya KM Wihan Sejahtera.
Dari penuturannya, tiga keponakannya selamat, sedangkan yang mengalami luka hanya Rambo.
Ketiga keponakannya berada di hotel dan segera pulang dalam waktu dekat.
Setiap kali ke Surabaya, Rambo selalu mampir ke rumah bibinya di kawasan Bambu Ijo, Kandangan, Kota Surabaya.
Sepanjang hidupnya, Saudah mengaku baru kali ini mengalami kejadian seperti ini.
Perempuan yang telah tinggal selama 30 tahun di Surabaya itu berharap kejadian serupa tidak terulang kembali.
“Kejadian ini mengagetkan saya. Saat itu saya dihubungi saudara dari Flores dan saya langsung datang ke RS ini,” kata Saudah.
Pekerjaannya sebagai sopir membuat Rambo kerap datang ke Surabaya.
Dalam sebulan, bisa sampai empat kali pergi dan pulang dari Ende ke Surabaya.
Pasca kejadian, Rambo belum bisa memikirkan apakah tetap bekerja sebagai sopir atau mencari pekerjaan lainnya.
Untuk sementara waktu, ia ingin bertemu keluarga dan menyembuhkan lukanya dulu.