Laporan Wartawan Tribun Medan Jefri Susetio
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Malang benar nasib EB (25). Di usia kandungan yang menginjak usia tujuh bulan, ia mengaku dipaksa menjadi Pekerja Seks Komersial oleh suaminya, Kristian Indra Pardede.
Ia digaruk di Taman Gajah Mada, Medan, Sumatera Utara. saat petugas Satpol PP dan instansi lainnnya mengelar razia di Kota Medan hingga subuh tadi.
"Abang, tolong aku. Aku enggak mau pulang ikut suamiku, aku takut dipukulnya. Selama ini, aku selalu ditampar dan dianiaya bila tidak memberikan uang. Aku dipaksa menjual diri di Taman Gajah Mada," ujarnya di Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Jalan KH Wahid Hasyim, Sabtu (28/11/2015) dinihari.
Sambil berlinang air mata, EB mengatakan, saban hari Indra mengantarkan istrinya ke Taman Gajah Mada.
Bila menolak, Indra akan memukul dan menampar serta melakukan tindakan kekerasan lainnya sehingga, dia tidak berani untuk menolak permintaan suaminya untuk jadi pelacur di pinggir jalan.
"Aku berdiri menjajahkan diri, sedangkan suamiku jadi tukang parkir sambil liat-liat pelanggan. Meskipun, aku sedang hamil tetap melayani nafsu orang. Tarif di jalan sekali kencan Rp 200 ribu. Sebenarnya,aku enggak mau jadi PSK tapi dipaksa. Bila tidak berikan uang aku akan dipukuli," katanya.
Perempuan berkulit putih ini bilang, selama ini sudah berulangkali pulang ke rumah orang tua di Jalan Notes karena tidak sanggup menerima kekerasan dari suaminya.
Namun, ayahnya selalu mengusir dan memintanya untuk kembali ke indekos di Jalan Pabrik Tenun.
"Selama ini aku kos sama suami. Kami kos di Jalan Pabrik Tenun. Aku sudah enggak tahan sama suamiku, aku dipaksa untuk jadi pelacur agar bisa beli sabusabunya. Bila aku enggak kasih uang dipukul wajahku.Berulangkali aku pulang ke rumah orang tua, cuma bapak bilang malu digosipkan tetangga, borunya hamil kok pulang ke rumah. Makanya aku diusir, enggak boleh pulang," ujarnya.
EB menuturkan, saat usia kehamilannya masih dua bulan Indra pernah menjualnya kepada bandar sabu sabu, bernama Teguh. Kala itu, Teguh datang ke indekos dan menyampaikan tertarik berhubungan badan kepada EB.
"Waktu aku masih hamil dua bulan, teman suamiku datang kasih sabusabu ke kos. Jadi, temannya bilang sor sama aku, pengin berhubungan badan. Suami bilang, bunda kawan ayah pengin dilayani bunda. Awalnya aku enggak mau, cuma suamiku marah-marah jadi aku dibawa ke Hotel Novi, Simpang Barat, di dalam kamar sudah ada teman suamiku dan aku melayani selama satu malam," katanya.
Ia mengungkapkan, saat itu dapat bayaran dari Teguh Rp 500 ribu. Namun, setelah menerima uang itu, Indra (suaminya) meminta uang tersebut untuk membeli sabu-sabu di Kampungkubur.
"Abis kawannya pakek aku. Aku dapat bayaran 500 ribu, tapi dia minta uang seratus ribu beli narkoba. Sakit kali perasaanku, tolong aku bang, suamiku sendiri menjual aku sama temannya. Entah dimana otaknya. Abis aku melayani itu, dibilang pula lumayankan bunda dapat 500 ribu," ujarnya.
Dia menyatakan sejak peristiwa itu suaminya memaksa untuk jadi lonte di pinggir jalan. Bahkan, saat hamil tua pun harus melayani berhubungan badan di kamar Hotel Novi, Simpang Barat.
"Terkadang bang, waktu aku hendak melayani pelanggan atau sesudah berhubungan badan, suamiku datang, gedor kamar hotel kemudian pura-pura marah sama pelanggan. Dia tuduh aku selingkuh, kemudian mengacam melapor polisi bilang berdamai di kamar harus berikan uang 500 ribu hingga satu juta," katanya.
Ia menyampaikan modus penipuan yang dilakukan Indra (suaminya) sudah berlangsung sejak hamil lima bulan. Karena itu, dia pengin dibawa ke panti sosial agar tidak ketemu suaminya.
"Tolong pak, bawa saja aku ke panti sosial. Di sana aku dapat makan,? Dan bisa melahirkan gratiskan? Soalnya Indra bilang kalau anak ini lahir akan diberikan sama orang. Aku enggak mau anakku dikasih orang lain," ungkapnya.