TRIBUNNEWS.COM, MALANG- Mendongeng masih perlu dilakukan oleh ibu kepada anaknya.
Aziz Franklin, pendongeng dari Malang menyatakan setidaknya waktu lima menit cukup buat ibu untuk mendongeng kepada anaknya.
"Saya sering menekankan ke wali murid, agar mereka memberi waktu lima menit untuk mendongeng sebelum tidur," kata Aziz Franklin, warga Jl Sawojajar Malang kepada SURYAMALANG.COM (Tribun Network) sebelum tampil di acara sarasehan seni bertutur di GKB 3 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (1/12/2015).
Kata Aziz, jika ibu piawai mendongeng, maka anak akan bisa berimajinasi.
Bahkan tidak kalah dengan TV, menurutnya, ibu tinggal menggali kreatifitasnya, misalkan dari intonasi suara, penggambaran, sehingga anak akan senang.
Menurut pemain teater ini, mendongeng memiliki kekuatan lebih.
"Bisa memberi pesan moral tanpa merasa dinasihati," kata dia.
Jika kemampuan mendongeng bisa dikembangkan, malah bisa menjadi nilai tambah bagi seorang ibu atau wanita.
Misalkan bisa menulis buku dongeng.
Dalam perkembangan IT saat ini, dongeng juga menarik ketika diangkat lewat audio visual.
Menurut Aziz yang kerap membawa boneka Franklin sehingga dijuluki Aziz Franklin, pekerjaan mendongeng saat ini sudah jauh dihargai.
Ia membandingkan dengan kondisi lamanya yang masih kurang dihargai.
"Sejak lulus SPG pada 1986, saya sudah suka mendongeng dengan mengikuti lomba bercerita. Tapi belum dikenal. Malah lebih dicibir," ungkap dia.
Namun perkembangan zaman, dongeng dianggap media yang menarik.
Ia merasakan sejak 2005, profesi pendongeng lebih dihargai.
"Dulu seperti tidak dianggep," kata pria yang malang melintang sebagai pemain teater ke luar negeri. Seperti ke Malaysia, Pakistan, Mesir, dan Eropa dengan kelompok teater di Jakarta itu.
Saat tampil di UMM, Aziz Franklin mendongengkan soal si gagap yang melamar kerja sebagai penjual buku.
Meski awalnya tidak dipercaya, namun ia berhasil menjual buku.
Caranya dengan menarik perhatian orang akan membacakan isi bukunya yang dipromosikan menarik.
Karena pembelinya tidak mungkin mendengarkan cerita si gagap, buku jualannya selalu laku.
Dengan dongeng itu, ia menyampaikan pesan bahwa kekurangan bisa jadi kelebihan asal bisa berkreasi.
"Bahwa tidak ada orang yang tidak bisa asal mau kreatif," kata motivator itu.