Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Muhammad Hadi
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Duyung atau dugong (Dugong dugon) terdampar di Sungai (Krueng) Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Minggu (13/12/2015) pagi.
Tapi mamalia laut tersebut dalam kondisi sudah mati. Sehari sebelumnya duyung tersebut tergeletak di pinggir sungai dengan posisi perut ke atas, di atas bebatuan dalam sudah kembung.
Amatan Serambi (Tribunnews.com Network), Minggu (13/12/2015) pagi, posisinya bergeser sekitar 50 meter ke perangkap ikan nelayan. Terlihat perutnya sudah bocor akibat dibawa oleh air pasang malamnya.
Bahkan sehari sebelumnya Serambi mencoba mengambil gambar dari jarak dekat. Tiba-tiba arah angin berubah hingga aroma bau busuk langsung tercium. Seketika wartawan Serambi muntah-muntah di tempat dan langsung menghindar.
Seorang warga yang ditanyai Serambi kapan ikan tersebut terdampar di Sungai Alue Naga tak bisa mengetahuinya.
"Kemungkinan mati di laut dan dibawa air pasang ke sini," ujar seorang warga setempat yang turut melihat duyung tersebut.
Informasi yang dikutip Serambi dari wikipedia, duyung menjadi hewan buruan selama beribu-ribu tahun karena daging dan minyaknya. Kawasan penyebaran dugong semakin berkurang, dan populasinya semakin menghampiri kepunahan.
IUCN mengklasifikasikan dugong sebagai spesies hewan yang terancam, manakala CITES melarang atau mengharamkan perdagangan barang-barang produksi yang dihasilkan dari hewan ini.
Walau pun spesies ini dilindungi di beberapa negara, penyebab utama penurunan populasinya di antaranya ialah karena pembukaan lahan baru, perburuan, kehilangan habitat serta kematian yang secara tidak langsung disebabkan oleh aktivitas nelayan dalam menangkap ikan.
Duyung bisa mencapai usia hingga 70 tahun atau lebih, serta dengan angka kelahiran yang rendah yang mengancam menurunnya populasi duyung. Duyung juga terancam punah akibat badai, parasit, serta hewan pemangsa seperti ikan hiu, paus pembunuh dan buaya.