Laporan Wartawan Tribun Medan, Array A Argus
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Kepala Cabang PT Satria Parang Tritis Medan, Rika, kesal ketika dicecar sejumlah TKI asal Sumatera Utara yang mengaku ditelantarkan saat bekerja di Malaysia.
Saat mengikuti mediasi di Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Medan, Rika memastikan PT SPT tak mampu membayar sisa gaji yang tidak dipenuhi PT Naim Engineering, perusahaan yang mempekerjakan 23 asal Sumut.
"Kami sebenarnya sudah capek. Waktu itu saya tanya ke mereka bagaimana gaji anak-anak (TKI). Mereka bilang sudah dibayarkan. Namun, uang itu belakangan digunakan untuk kepulangan mereka ke Indonesia. Jujur saja kami tidak sanggup membayar gaji kalian," kata Rika pada Rabu (6/1/2016).
Rika menjelaskan, PT SPT tengah berpikir bagaimana memenuhi tuntutan para pekerja. Sebab, sambung Rika, ia tengah mengalami kerugian karena persoalan ini.
"Saya tanya lagi ke mereka (PT Naim Engineering), tapi mereka malah menyudutkan saya. Mereka marah-marah ke saya. Kenapa kamu tuntut ke kami? Kan sudah kami bayar gajinya," ungkap Rika mengulangi ucapan pimpinan PT Naim Engineering.
Mendengar penuturan Rika, Sekretaris Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia, Willi Agus Utomo marah besar, karena sebelum berangkat ke Malaysia, para pekerja sempat dimintai sejumlah uang.
"Kalau kita mau buka-bukaan, oke. Pekerja ini dipungut biaya pembuatan paspor sebesar Rp 900 ribu. Bahkan, mereka dimintai uang hingga Rp1 juta. Jadi mereka ini harus kalian santuni," tegas Willi.
Rika membantah tudingan Willi dan memastikan PT SPT sama sekali tak pernah memungut biaya kepada pekerja.
"Kalau ada yang memungut biaya di luar, kami tidak tahu. Yang jelas kami tidak pernah memintai apa-apa kepada para pekerja," terang Rika yang berdebat sengit dengan Willi.