News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lokasi Judi Jackpot Kampung Kubur Dilengkapi Kamera Pengawas

Penulis: Array Anarcho
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ayah dua anak ini yang mewarisi rumah dan bermukim di Kampung Kubur selama 88 tahun meminta identitas dan pekerjaannya tak dipublikasikan.

Meski merupakan tokoh yang dihargai di Kampung Kubur, ia tidak bisa mengusir seorang warga yang ketahuan menjadi pengedar. Paling banter ia hanya menasihati, tetapi tetap saja seperti itu.

"Mereka memang ada yang penduduk setempat. Orang datang macam wisata kuliner sapsap (mengonsumsi sabu). Jangan libatkan Kampung Kubur dalam semua hal. Jangan semua, yang salah disalahkan, yang benar pun harus dikatakan benar," pesan tokoh tersebut.

"Media juga harus fair memberitakan. Mari sama-sama kita benahi. Kita enggak mau mengada-ngada. Memang ada, enggak saya rondokkan itu. Pengedar, saya enggak begitu tahu, tapi orang datang bertamu tentu disambut. Makanya polisi tidak merazia semua karena sudah tahu lokasi di mana saja."

Segala Pemain Ada

Tak sekali si tokoh tadi menerima dampratan keras dari orang-orang yang ia nasihati.

"Capeklah saya. Kalau saya nasihati, dia bilang enggak keluarga kau, bukan kau, dan bukan urusan kau. Mau bagaimana kita? Terkadang betul juga kata mereka. Ada batasan kita mengusir. Kita menggedor hati ke hati. Saya bukan takut nama saya disebut, tetapi lebih baik inisial saja. Kita enggak mau dianggap pengkhianat, tetapi saya tetap berkhianat terhadap narkoba. Kita perang terhadap narkoba," tegas dia.

Meski tak bisa memastikan, si tokoh mengamini narkoba menjangkiti Kampung Kubur pada era 2005-2006 meski kondisinya tak ramai, sementara prostitusi di luar Kampung Kubur, tepatnya di Jalan Kejaksaan.

"Saya juga sering sampaikan ke pemuda di sana, bahwa itu (narkoba) berbahaya. Tidak semua orang Kampung Kubur senang dengan itu. Tapi polisi kalau razia jangan pamer pistol lah," imbuh dia lalu minta pamit pulang.

Sosiolog Universitas Sumatera Utara, Agus Suryadi, mengatakan keberadaan Kampung Kubur diawali dari lokalisasi pertama di Kota Medan.

Menurut Camat Medan Petisah waktu itu, M Yunus, jumlah warga Kampung Kubur kurang lebih 200 kepala keluarga. Pekerjaannya bermacam-macam, seperti pegawai swasta, karyawan toko dan umumnya berpenghasilan rendah.

Menurut Yunus, ketika ada razia kepolisian, masyarakat lebih tenang jika melihat aparat desa yang hadir saat penggerebekan.

"Justru kalau ada kami mereka tenang, kalau enggak ada kami mereka ribut. Cobalah masuk ke dalam. Di dalam itu cuek. Daerah paling aman di sana."

Warga Kampung Kubur bosan melihat kampungnya tak selesai-selesai dari masalah yang itu-itu saja, sehingga mereka merasa terganggu. "Karena enggak tuntas-tuntas," imbuh Yunus.

Kasat Reserse Narkoba Polresta Medan saat dijabat Kompol Dony Alexander pernah berujar pemain di Kampung Kubur ada yang besar dan kecil dan semuanya bisa masuk.

"Semua bisa masuk. Pemain besar ada, pemain kecil ada, kalau kamu tanya seperti itu. Kami memberikan penyuluhan dan penindakan hukum. Kita semua harus bertanggung jawab bukan hanya kepolisian saja," ujar Dony.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini