Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Budi Rahmat
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU- Munculnya geng motor Gaya Racing Creativity (GRC) yang memfokuskan melakukan jambret dan perampasan sepeda motor di Pekanbaru, dinilai berbahaya
Kriminolog Riau Kasmanto Rinaldi menilai keberadaan geng motor tidak ubahnya seperti teroris yang akan terus ada ketika para mentor-mentornya tidak tersentuh hukum.
Paham-paham kebenaran melakukan tindak kejahatan akan terus didoktrin pada anggota-anggota rekrutan.
Salah satu target mereka adalah kalangan pelajar yang memang masih labil.
Terlebih lagi filosofi remaja yang selalu ingin keluar dari zona normal.
Artinya remaja lebih suka masuk pada zona yang dianggap menyimpang.
Seperti dilarang merokok, remaja cenderung merokok, disuruh belajar remaja memilih bolos.
Keinginan keluar dari zona normal itulah yang semakin menguatkan hasrat mereka untuk bergabung dengan kelompok-kelompok yang memiliki paham menyimpang tersebut.
Para mentor inilah yang kemudian akan terus memberikan pehaman-pehaman bahwa berbuat kesalahan itu adalah benar.
Apalagi kecenderungan ketika pelajar berbuat kejahatan yang disalahkan adalah korban.
Seperti mengapa membawa kalung saat dijalan, mengapa sepeda motor tidak dikunci ganda.
Remaja sebagai pelaku lebih sering dilindungi.
Berada pada zona nyaman itulah, kemudian remaja akan terus menikmati peran mereka.
Kenyataan ini tentu saja sangat berbahaya.
Apalagi pada kasus geng motor.
Remaja yang menjadi anggota akan berbuat nekat pada korbannya karena pemahaman kebenaran melakukan kejahatan.
Jadi ini menjadi tugas penegak hukum untuk melakukan penindakan sampai ke mentor-mentor mereka.
Jangan hanya berkutat pada pelaku atau anggota saja.
Sebab, pemahaman akan terus ada selama mentor atau ketua geng motor tidak disentuh.
Karena itu, harus dilakukan penindakan sampai keakarnya.
Lakukan pendeteksian pada kelompok geng motor.
Selanjutnya lakukan pembinaan yang bisa mengembalikan mereka pada zona normal tadi.
Jangan hiruk pikuk geng motor hanya sesaat saja.
Sebab, dipermukaan tidak tampak, namun dibawah mereka terus membangun jaringan dan membentuk kelompok yang kuat.
Sampai akhirnya akan menujukkan eksistensi mereka kembali.
Seperti diberitakan, unit reskrim Polresta Pekanbaru meringkus tiga orang pelaku perampasan sepeda motor.
Selain Ade Black, polisi juga mengamankan dua orang pelaku yang masih sekolah.
Dari pengakuan tersangka Ade, geng motornya berjumlah sampai 30 an orang.
Mereka yang direkrut berusia 17 smapai 20 tahun.
Geng motor ini sendiri sengaja dibentuk untuk melakukan aksi jambret dan perampasan sepeda motor.
Untuk memuluskan aksinya para anggota geng motor ini pun dilengkapi senjata tajam, mulai dari pisau sampai samurai.
Korban dicari secara random atau acak.
Ketika korban sudah dipastikan, anggota ini bergerak dan mengintimidasi korbannya.
Terakhir korbanseorang pelajar dirampas sepeda motornya saat melintas di Jalan Arifin Ahmad pada tanggal 3 Januari lalu.
Korban dipukul dan ditodong pisau, kemudian sepeda motornya dirampas. (*)