News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kontroversi Gafatar

Pemkab Melawi Siapkan Evakuasi Eks Gafatar ke Pontianak

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah anak-anak eks Gafatar di Desa Pelempai Jaya Ella Hilir, saat belajar di bangunan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka belum lama ini. Dalam waktu dekat pemkab akan mengevakuasi eks Gafatar.

TRIBUNNEWS.COM, MELAWI - Pemerintah Kabupaten Melawi akan mengevakuasi eks Gafatar yang ada di Kabupaten Melawi.

Tindakan ini diambil setelah pemkab mengadakan rapat koordinasi bersama Forkopimda, Kamis (21/1/2016).

"Untuk tahap pertama ini kita akan lakukan evakuasi eks Gafatar yang ada di dalam kota, itu kurang lebih ada 80 orang. Nanti akan kita berangkatkan dari Polres sampai ke Pontianak," kata Sekda Melawi, Ivo Titus Mulyono usai rapat gabungan di ruang kerjanya, Kamis (21/1/2016).

Sekda menambahkan, dalam waktu dekat pemkab juga akan mengevakuasi sekitar 370 eks Gafatar yang ada di Desa Pelempai Jaya Kecamatan Ella Hilir.

Pemkab bersama TNI dan Polri akan terjun ke lapangan.

"Hari ini kami bersama Pak Kapolres dan Kasdim akan ke lapangan, memberitahu mereka, bahwa mereka akan dievakuasi. Jadi kita minta kepada mereka untuk melakukan persiapan, dalam minggu depan kita akan evakuasi, secara bertahap," ungkapnya.

Ivo Titus mengatakan tidak ada alternatif lain selain mengevakuasi eks Gafatar dari tempat tinggal mereka. Sebab mereka juga sudah mempunyai lahan dan tempat tinggal di sana.

"Tidak ada pembinaan, karena ini langsung instruksi dari provinsi kita diminta untuk mengevakuasi mereka dari Melawi sampai ke Pontianak. Sedangkan evakuasi dari Pontianak menuju tempat asal mereka itu tanggung jawab Provinsi," kata Sekda.

Terkait dengan aset eks Gafatar yang ada di lokasi, Ivo mengungkapkan, nantinya pemkab yang akan menangani masalah itu. Sebab lokasi tempat tinggal mereka juga sebenarnya merupakan kawasan hutan lindung.

"Yang kita pikirkan sementara ini kan keselamatan mereka dulu, apalagi sudah ada penolakan-penolakan di daerah lain, bahkan sampai tindakan anarkis. Di Melawi sendiri masyarakat juga sudah melakukan pertemuan menolak eks Gafatar di Melawi," tandasnya.

Kapolres Melawi, AKBP Cornelis MS mengungkapkan, jika melihat situasi dan kondisi di Melawi secara umum, masyarakat belum banyak mengetahui informasi secara pasti mengenai aktivitas eks Gafatar di Melawi. Mereka hanya tahu informasi dari media.

"Masyarakat banyak tidak tahu karena eks Gafatar ini tinggal di daerah terisolir, jadi masyarakat juga belum tahu apa aktivitas Gafatar yang sebenarnya, masyarakat tahu dari informasi di media," tandasnya.

Kapolres menuturkan, sejauh pengamatannya, eks Gafatar yang ada di Pelempai Jaya memang belum menunjukkan adanya tindakan yang menyimpang, seperti menyebarkan ajaran sesat dan lain sebagainya. Selama ini mereka hanya bertani.

"Mereka ini kerap berganti nama, dalam kondisi seperti ini mereka memang hanya melakukan aktivitas seperti biasa. Namun jika sudah kondusif biasanya mereka kembali menjalankan visi misi mereka. Nah itulah yang sesungguhnya yang dilakukan eks Gafatar. Namun sejauh ini masyarakat belum tahu karena lokasinya cukup jauh," tandasnya.

Kapolres Melawi mengatakan, dari informasi yang digali jajarannya di lapangan eks Gafatar ini mengaku melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan yang mereka anut.

Namun dari informasi masyarakat sekitar pada hari Sabtu masyarakat eks Gafatar tidak melakukan kegiatan apapun.

"Kita juga belum tahu pada hari Sabtu saat hari libur mereka melakukan kegiatan apa, sebab kata mereka kegiatan keagamaan dilaksanakan seperti biasa sesuai dengan keyakinan masing-masing," tandasnya.

Dari informasi di lapangan, eks Gafatar di daerah tersebut memang bertani, sebagian warga juga ada yang beternak. Sedangkan aktivitas lainnya seperti belajar mereka mempunyai bangunan khusus.

"Jadi mereka sekolah ya di tempat itu, ada gurunya di sana, pas kebetulan saat saya ke sana sedang ada proses belajar mengajar, mereka belajar menggunakan pakaian bebas," kata sumber Tribun.

Dia mengakui, di lokasi tersebut ada bidan, tenaga guru, sarjana dari perguruan tinggi di Jawa, bahkan dokter. Jika dilihat program mereka bahkan jauh lebih baik dari program pemerintah. (ali)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini