TRIBUNNEWS.COM, TUBAN - Tujuh anggota eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Tuban telah dipulangkan ke rumahnya masing-masing, Selasa (26/1/2016) sekitar pukul 16.00.
Mereka adalah keluarga Imam Syafii, Siti Farida, Aditya, Yuanita Wulansari, Patria Setiawan, Jessica Avril Setyawardhani, satu lagi seorang wanita warga Desa Patihan Kecamatan Widang yang pulang ke Jombang ikut suaminya.
Yuanita Wulansari yang ditemui di rumahnya di Jalan Cendana III nomor 23 RT 08 RW 03 Perumahan Tasikmadu Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang, Kabupaten mengaku sedih telah dipulangkan.
Ia merasa tidak ada yang salah ketika melakukan kegiatan selama di Mempawah, Kalimantan Barat.
"Di sana kami cuma bercocok tanam dan beternak. Yang perempuan seperti saya mengajar anak-anak," terang Yuanita.
Di Kalimantan, Yuanita sudah memiliki rumah dan lahan di depan rumah betang, tiap kepala keluarga (KK) mendapat rumah ukuran 3,8 meter persegi.
Lahan yang dipunyai 0,5 hektare. Rumah dan lahan itu dibeli dari iuran anggota yang lain. Lahan miliknya ditanami kangkung, jagung, buncis, buah naga, dan nanas.
"Tiap KK (kepala keluarga) punya ayam dua, bebek dua. Ada juga yang punya ternak lele," ujarnya.
Ia mengetahui Gafatar karena sering melakukan kegiatan sosial dan budaya. Antara lain, donor darah dan kerjabakti.
Namun, sejak Gafatar tidak diakui, para eks Gafatar bergabung dengan kelompok tani manunggal sejati.
Sepulang dari Kalimantan, Yuanita akan melanjutkan usaha pembuatan pentol, tahu pentol, dan rolado yang sudah didirikan sejak beberapa tahun lalu.
Namun, lebih dari itu, Yuanita berharap pemerintah memberikan atau meminjami lahan pertanian.
"Kalau saya ingin terus bertani, tapi di sini lahan kan susah. Seandainya diberi pemerintah ya mau menggarapnya," tukas ibu beranak satu ini.
Yuanita mengatakan, tidak ada ajaran agama yang menyimpang, meski anggota eks Gafatar lainnya mengakui bahwa Mussadeq dianggap guru spiritualnya.
"Bagi kami, agama urusan pribadi. Kami ada yang beragama Nasrani, Budha, Hindu, Islam. Tidak benar kalau ada larangan salat dan puasa," bebernya.
Lebih dari itu, Yuanita merasa senang bisa kumpul dengan keluarganya lagi.
Wajah Yuanita yang terlihat masih lesu karena sepekan di tempat pengungsian Pontianak lalu dua hari di penampungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur masih semangat melayani para awak media.
Kebahagiaan juga terlihat dari wajah kedua orang tua Yuanita, Sunarko (bapak) dan Tatik Murdiyati.
Wajah kedua orangtuanya selalu melemparkan senyum, tidak seperti saat ditemui SURYA.co.id sewaktu menahan rindu terhadap anak dan cucunya sebelum pulang dari Kalimantan beberapa waktu lalu.
"Saya senang anak saya pulang. Ya semoga nanti tidak pergi jauh-jauh lagi," harap Tatik.