Yang disayangkan Fauzi, kenapa kemudian ikon Yogyakarta macam Tugu Yogya, Malioboro, dan ikon lainnya yang telah menasional bahkan menjadi branding dunia malah dimasukin kepentingan industri rokok.
"Inikan kecolongan namanya, ranah publik yang menjadi icon kota kok malah dijadikan iklan rokok. Ini bagaimana tata Kota Yogya," sesal Fauzi.
Monda menambahkan bahwa Pemkot sekarang ini harus konsekuen dengan berbagai aturan yang telah dibuat, bukan justru memberikan celah bagi sejumlah pihak untuk melanggar.
"Kita harus melakukan proses pembelajaran, proses pengetahuan, proses advokasi ke masyarakat terkait kepentingan dan efek-efek tersebut," tukasnya.
Sebenarnya yang digaris bawahi Monda dengan kawan-kawan yakni soal bagaimana sekarang ini banyak sejumlah pihak mempromosikan produknya dengan cara terselubung, bisa dalam bentuk visual maupun dalam bentuk praktik-praktik merokok.
"Yang terpenting bagaimana pesan (iklan, red.) itu sampai ke masyarakat, itu catatan kami," tutupnya.