News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jaringan Kelompok ISIS

Dalil Plesetan Digunakan Merekrut Calon Teroris

Penulis: Array Anarcho
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DISKUSI SOAL TERORISME - (Kiri-kanan) Ketua KNPI Sumut, Sugiat Santoso; mantan teroris Khoirul Ghozali, dan Direktur Pencegahan BNPT, Brigjend H Hamidin.

Laporan Wartawan Tribun Medan, Array A Argus

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Khoirul Ghozali berbagi cerita masa kelamnya sampai bisa menjadi pelaku teror dan terlibat perampokan CIMB Niaga di Kota Medan, Sumatera Utara. 

Ia bercerita menjadi teroris sejak usia 12 tahun. Tapi mata hatinya terbuka ketika ia tertangkap dan ditahan di Lapas Tanjung Gusta, Kota Medan. Ia bertobat dan merintis mendirikan pesantren di Deliserdang.

Baca juga: Bekas Teroris CIMB Niaga Medan Tobat, Kini Nafkahi Keluarga dan Rintis Pesantren

"Saya lama tinggal di Malaysia. Sejak saya menetap di sana, saya bertemu dengan salah seorang pemimpin yang pernah mendoktrin saya," cerita Ghozali dalam diskusi terorisme di Kota Medan, Rabu (10/2/2016).

Dalam mendoktron calon korbannya, pemimpin teroris ini akan memaparkan kebobrokan pemerintahan yang sudah dianggap menyimpang dan kafir, sehingga negara Islam harus berdiri tegak.

"Para pendoktrin ini kerap menggunakan ayat-ayat dan dalil-dalil. Mereka memplesetkannya seolah-olah kita harus berjihad," sambung Ghozali.

Pada saat mendapat doktrin itu, Ghozali yang saat itu masih belia percaya kemudian bersedia dibaiat untuk setia kepada pemimpinnya.

"Saya kemudian berbaiat kepada mereka. Saya harus menjalankan amaliyah jihad (perang terhadap orang yang menentang negara Islam)," ungkap Ghozali.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini