Laporan Reporter Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG Â - Â Peningkatan angka penderita kanker membuat sejumlah rumah sakit rujukan kanker kebanjiran pasien.
Dokter bedah Onkologi RSUD Tugurejo Dr Wiliam Alfred, LP, MH, Sp (K) Onk mengatakan, kasus kanker sebenarnya telah lama ada.
Demikian halnya, jumlah penderita kanker sejak lama sebenarnya telah marak. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini dan memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit meningkat.
Sehingga, angka penderita kanker teridentifikasi lebih banyak.
"Dulu banyak juga kasusnya. Tapi kesadaran dan pengetahuan masyarakat soal kanker kurang. Tahu-tahu sudah stadium akhir dan meninggal," katanya usai mengisi Seminar Onkologi di RSUD Tugurejo, sabtu (27/2/2016)
Meningkatnya jumlah penderita kanker yang memeriksakan diri ke rumah sakit, menurut Wiliam, merupakan efek dari lahirnya BPJS Kesehatan yang memberikan akses kepada masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan secara gratis.
Padahal, salah satu pertimbangan masyarakat untuk memeriksakan penyakitnya ke rumah sakit adalah faktor biaya.
Sebagaimana diketahui, kanker termasuk salah satu penyakit yang penanganannya berbiaya mahal. Sehingga, tanpa fasilitasi pemerintah, masyarakat menengah ke bawah akan sulit menjangkau.
Dengan adanya BPJS, fasilitasi pemeriksaan kanker bisa dijangkau semua kalangan.
"BPJS sangat membantu terutama dari segi biaya. Pasien yang mendaftar terus ada. Di samping faktor kesadaran masyarakat juga meningkat," katanya.
Sebagai salah satu rumah sakit rujukan kanker di Jawa Tengah, RSUD Tugurejo kebanjiran pasien kanker.
Dalam kurun waktu dua bulan, Januari-Februari, rumah sakit ini telah menangani 102 pasien kanker. 56 pasien di antaranta adalah penderita kanker payudara, dan 13 di antaranya meninggal dunia.
Saking banyaknya, pasien kanker rawat jalan yang ingin mendaftar ke poli onkologi dan mendapatkan pelayanan kemoterapi harus harus mengantre sampai dua minggu untuk memperoleh giliran pelayanan.(*)