Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, BANYUASIN - Wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) tahun 2015 lalu menjadi wilayah cukup parah saat kebakaran hutan dan lahan.
Lantaran riwayat hotspot yang cukup banyak, akhirnya awal 2016 dibentuk 15 Posko Patroli Terpadu Pencegah Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumsel.
Menurut Dato Husen, Komandan Regu dari Manggala Agni, Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Sumsel, dibentuknya posko patroli terpadu ini merupakan upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan dengan mengedepankan prinsip deteksi dini dan kevalitan data.
"Tim ini turun langsung ke lapangan, mengedepankan sinergitas antar lembaga dan masyarakat tingkat desa. Tim terdiri dari enam orang," ucap Dato saat ditemui akhir pekan ini di Posko Patroli Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Desa Sungai Rengit, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
Diterangkan Dato, enam orang ini terdiri dari Manggala Agni dua orang, Babinsa satu orang, Bhabinkamtibnas satu orang, Masyarakat Peduli Api (MPA) satu orang, dan aparat desa.
Setiap tim dilengkapi dengan sepeda motor trail, peralatan pemadam dini serta perlengkapan sosialisasi seperti spanduk dan selebaran.
Usai melakukan patroli di wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan, setiap harinya tim membuat laporan ke pos komando di Manggala Agni.
Nantinya apabila di lapangan ditemukan titik api, mereka bersama warga setempat akan melakukan pemadaman dini dengan alat yang dibawa.
"kalau di lapangan ada titik api biasanya dipadamkan manual dulu, kalau tidak bisa baru koordinasi dengan kantor Manggala Agni lalu dikirim tim dan alat lainnya," tambah Dato.
*Masyarakat Pemadam Api (MPA) Digaji Rp 1,5 juta
Di desa-desa rawan kebakaran hutan dan lahan, kita akan menemui relawan-relawan yang adalah masyarakat yang biasa disebut sebagai Masyarakat Pemadam Api (MPA). Siapa mereka?
Ternyata mereka adalah warga sekitar yang memang peduli dengan kebakaran hutan. Sehingga mereka bersedia bergabung menjadi anggota tim Posko Patroli Terpadu Pencegah Kebakaran Hutan dan Lahan.
Menurut Dato Husen, Komandan Regu dari Manggala Agni, Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Sumsel tidak ada persyaratan khusus bagi mereka yang ingin menjadi MPA.
"Tidak ada persyaratan khusus, MPA ini dibentuk lalu dilatih dan setiap jangka waktu tertentu ada penyegaran. Intinya mereka harus bisa menyadarkan warga lainnya, menularkan supaya warga lainnya tidak membakar hutan atau lahan," tutur Dato.
Dato menambahkan para MPA akan diberi intensif yakni sebesar Rp 150 ribu per hari. Sehingga setidaknya dalam sebulan, mereka bisa mendapatkan tambahan uang hingga Rp 1,5 juta rupiah.
"Semua anggota di tim terpadu dapat intensif, termasuk MPA, mereka setiap harinya dapat Rp 150 ribu," singkat Dato.