News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gerhana Matahari

Gerhana Matahari dalam Mitologi Hindu: Raksasa Kalarau Dipenggal Cakra Dewa Wisnu

Penulis: I Made Ardhiangga
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gerhana Matahari Sebagian di Bali, Rabu (9/3/2016).

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Gerhana Matahari Total (GMT) akan terjadi Rabu 9 Maret 2016 lusa. Munculnya fenomena alam langka itu, bertepatan dengan perayaan Nyepi Tahun Cak 1938.

Mengulas mengenai Gerhana Matahari, dalam mitologi pun menguraikan hal tersebut.

Ketua PHDI Provinsi Bali, Gusti Ngurah Sudiana menuturkan, dalam berbagai literasi (bacaan) terutama Adi Parwa menyebut, jika awal mula adanya Gerhana Matahari adalah dengan adanya pembagian Tirta Amerta (Air Suci) yang dibagikan oleh para Dewa.

Dalam pembagian Tirta Amerta itu, para Raksasa mendengar dan ingin mengambil Tirta. Dengan begitu, terjadilah perebutan Tirta antara para dewa dan raksasa.

Perebutan ini tidak dilakukan dengan peperangan antara Dewa dan Raksasa. Melainkan, para Raksasa menyamar menjadi seorang Dewa, saat para Dewa hadir untuk mengambil pembagian Tirta.

Dalam pembagian itu, para Dewa membawa sehelai daun, yang ukurannya hampir sama. Berbeda dengan Raksasa Kalarau, yang membawa Daun berukuran cukup besar untuk mengambil jatah Tirta Amerta.

Tak pelak, dengan apa yang dilakukan oleh Raksasa Kalarau yang menyamar dan membawa daun besar itu, menimbulkan kecurigaan bagi para Dewa.

Dua dewa, yakni Dewa Surya dan Dewa Bulan mencurigai bahwa Dewa yang membawa daun besar bukanlah sebenarnya Dewa.

Atas hal itu, Dewa Surya dan Dewa Bulan melaporkan kejadian itu kepada Dewa Indra. Dewa Indra yang sudah mengetahui kebenaran itu akhirnya memberikan laporan ke Dewa Wisnu.

"Akhirnya, Dewa Indra pun melapor ke Dewa Wisnu. Dewa Wisnu pun mengeluarkan Cakranya dan memenggal kepala Raksasa Kalarau yang terpisah dari badannya," ulasnya, Senin (7/3/2016) kepada Tribun Bali (Tribunnews.com Network).

Gusti Ngurah melanjutkan, usai memenggal kepala dan badan Raksasa Kalarau, kemudian Raksasa Kalarau mengucap sumpah.

Dalam sumpah itu, Raksasa Kalarau menyebut jika pada suatu saat akan memakan Matahari dan Bulan. Dan itulah yang terjadi ketika sumpah Raksasa Kalarau dilakukan, dan cikal bakal kepercayaan Hindu tentang Gerhana Matahari.

"Namun, karena badan dan kepala terpisah, setiap memakan Matahari dan Bulan selalu keluar lagi dari leher Raksasa Kalarau," katanya. (ang)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini