RH, orang yang mengontak KR pertama kali bahwa Dwiki berada di Lapangan Saburai pada Sabtu (5/3/2016) malam. Dwiki datang ke sana ingin membantu temannya, Fadli, karena ban motornya kempis.
Setelah menerima telepon RH, KR menyalakan mesin mobil dan mengajak DN dan OK ke Lapangan Saburai untuk menemui Dwiki. OK tidak tahu masalah antara Dwiki dan KR. KR sempat berputar-putar sebelum ke rumah DN untuk menghabisi Dwiki. Sesampainya di sana, KR menghampiri Dwiki dan terjadi obrolan di antara mereka.
Dalam prarekonstruksi di Lapangan Saburai, polisi menerima keterangan berbeda dari RH dan KR ketika Dwiki hendak dibawa ke dalam mobil KR. Ada yang menyebut saat itu KR memeluk korban lalu membawanya masuk ke dalam mobil. Keterangan lain menjelaskan jika Dwiki dipersilakan baik-baik masuk ke mobil.
Mobil yang dipakai K bersama teman-temannya seperti FR, RH, OK, untuk membuang mayat Dwiki Sopian di Jalan Raden Imba Kusuma, Telukbetung Selatan, Bandar Lampung. TRIBUN LAMPUNG/WAKOS GAUTAMA
"Tadi sudah dikonfirmasi, ternyata korban dipegang tangannya setelah KR mengatakan, 'Lu yang namanya Dwiki?' Lalu korban dibawa masuk ke dalam mobil," kata Dery sambil menambahkan dalam prarekonstruksi di Lapangan Saburai, Enggal, ada 13 adegan.
Kembali ke lokasi pembunuhan, Dwiki yang sempat meminta tolong, disumpal mulutnya menggunakan lakban. Seperti disampaikan tersangka IAP.
Setelah bersimbah darah dan tak bernyawa, KR memasukkan tubuh Dwiki ke dalam mobil. Ia dibantu FR, RH, OK membuang jasad Dwiki di semak di Jalan Raden Imba Kesuma, Teluk Betung Selatan.
Kapolresta Bandar Lampung, Kombes Hari Nugroho, mengatakan tersangka KR menggunakan tiga jenis senjata tajam untuk menusuk Dwiki, yakni pedang, golok dan pisau.
Hari mengutarakan, pedang sudah berada di dalam mobil, golok ada di pinggangnya dan pisau diberikan tersangka IAP. "Semua tusukan di tubuh korban dilakukan K," ujar Hari kemarin.
Kapolresta Bandar Lampung, Kombes Hari Nugroho, menunjukkan tiga senjata tajam yang KR gunakan untuk membunuh Dwiki Sopian (16), Jumat (11/3/2016). TRIBUN LAMPUNG/WAKOS GAUTAMA
Ia memastikan KR berbuat demikian secara sadar. "Tersangka tidak dalam pengaruh alkohol maupun narkoba," sambung Hari.
Di hari Dwiki ditemukan dua kakak beradik yang sedang lari sore, lima pemuda mendatangi rumahnya. Mereka hanya bertemu Jumiati, ibunda Dwiki.
Jumiati baru menyadari ketika diperlihatkan foto para pelaku yang sudah ditangkap polisi. Di antara lima pemuda yang datang ke rumah hari itu, empat di antaranya jadi tersangka.
"Mereka bilang mau membantu mencari Dwiki. Datang sekitar jam tiga an. Anak saya ditemukan sore," cerita Jumiati kepada Tribun Lampung, Rabu (9/3/2016).
Saat itu Jumiati berujar kepada mereka tak mempedulikan motor, uang dan telepon seluler Dwiki. Ia hanya ingin anaknya, Dwiki kembali ke rumah karena sejak Sabtu malam tak balik setelah pergi ke Lapangan Saburai.