Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Konflik Lampung di Kabupaten Tulangbawang Barat, Lampung, ternyata menyimpan fakta mencengangkan.
Itu didapati ketika anggota Komite I DPD RI berkunjung ke Kabaputen yang dihuni beberapa warga dari berbagai etnis.
Dalam kunjungannya, mereka menilai premanisme di sana cukup liar, pemalakan hingga jatah preman saban bulan dikenai kepada warga yang rata-rata bertumpu pada pertanian.
"Preman itu sepertinya punya jejaring yang sangat kuat karena uang palak yang diambil itu bisa mencapai miliaran rupiah," kata Senator asal Bali, Gede Pasek Suardika kepada Tribun Bali melalui pesan singkatnya Whatsapp Massengernya, Kamis (19/3/2016).
"Satu hektar warga yang rata-rata menjadi petani dipalak Rp 3 juta setiap panen. Selain itu juga, hasil singkongnya juga dipungut Rp 200-250 per kilogram," imbuh Mantan Ketua Komisi III DPR RI itu.
Karena lahannya sangat besar dan ribuan petani di sana, sambung dia, maka dapat dibayangkan di kawasan hutan itu beredar duit gelap mencapai miliaran rupiah.
"Kami sudah bertemu dengan Bupati, Kapolres, Kajari, Dandim, Inhutani dan tokoh masyarakat asal Lampung Jawa dan Bali serta keluarga korban. Banyak fakta yang ujungnya adalah warga geram dengan preman di sana," ujarnya.
Dia menegaskan, bahwa peristiwa di Lampung bukanlah peristiwa SARA. Melainkan, peristiwa dari ulah sadis preman terhadap para petani penggarap di Register 44 HTI kementerian kehutanan. Sehingga, masyarakat luas mesti tahu hal itu.
"Mereka (Preman) itu memeras dan memalak para petani penggarap, yang luas areal 32 ribu hektar dan yg masuk Kabupaten Tulang Bawang Barat lebih 11 ribu hektar," tukasnya. (*)