Laporan wartawan Serambi Indonesia, Muchsin
TRIBUNNEWS.COM, PAMEKASAN – Saat kali pertama Pemkab Pamekasan, Madura, mengencarkan program pengembangan tebu pada 2013 lalu, lahan tebu yang ditargetkan seluas 1.500 hektare dalam satu tahun.
Namun kini Pemkab Pamekasan sepertinya tidak lagi memaksakan diri untuk menargetkan lahan tebu 1.500 per tahun, namun turun menjadi antara 300 – 500 hektare pertahun.
Menurunnya besaran target ini, lantaran sekarang tidak ada lagi bantuan program pengembangan tebu dari pusat sehingga targetnya diturunkan.
Itu pun dipasrahkan kepada kemampuan petani untuk menanam tebu.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun), Pamekasan, Ajib Abdullah, Minggu (20/3/2016) mengatakan, setelah dana bantuan dari pusat untuk program pengembangan tebu tidak ada, pihaknya dalam mengembangkan program tebu tidak segencar sebelumnya.
“Kami waktu itu memang gencar-gencarnya menginginkan target lahan tebu di Pamekasan pertahun seluas 1.500 hektare. Selain kami dapat bantuan dana dari pusat, juga untuk menarik minat investor membangun pabrik tebu di Pamekasan,” kata Ajib Adullah.
Dikatakan, terhentinya bantuan program tebu dari pusat ini, bisa jadi dampak dari terjadinya beberapa penyelewengan dana bantuan tebu di daerah lain, sehingga berimbas kepada Pamekasan dan beberapa daerah lain.
Diakui, untuk sementara ini prioritas yang dilakukan bukan lagi pada target luasan tebu.
Namun bagaimana petani memahami pola tanam tebu, sehingga suatu saat nanti dengan sendirinya, target luasan lahan tebu terpenuhi.
Menurut Ajib Abdullah, luasan tebu di Pamekasan sekarang diperkirakan 700 hektar.
Sejak tidak dibantu anggaran dari pusat, dishutbun mengembangkan pembibitan sendiri yang dialokasikan untuk petani.
Ajid berharap, pusat memperhatikan agar dana bantuan itu diberikan lagi seperti awal pelaksanaan program.
“Pada 2016 ini, PTPN X, mengeluarkan anggaran untuk pengembangan tebu, berupa pinjaman modal bagi petani Rp 18 juta per hektare,” tambah Ajib. (*)