TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau menyatakan hingga pertengahan Maret tahun ini, sudah sekitar 760 hektare (ha) lahan di wilayah tersebut yang mayoritas berlahan gambut, terbakar.
Kepala BPBD Provinsi Riau Edwar Sanger menyebut, luar areal yang terbakar merupakan lahan gambut di enam kabupaten/kota. "Pada wilayah yang terbakar itu terdeteksi titik api," katanya, Senin (21/3).
Menurutnya, berbagai titik api yang membakar hutan dan lahan di Riau tersebut terkonsentrasi pada wilayah pesisir dari provinsi ini seperti Bengkalis, Kepulauan Meranti, Pelalawan, Siak, Rokan Hilir dan Dumai. Dari keenam daerah terbakar itu, kebakaran lahan gambut di Kabupaten Kepulauan Meranti yang terluas yakni mencapai sekitar 300 ha.
Pantauan satelit menggunakan sensor modis terpasang baik pada satelit Tera dan Aqua sekitar dua bulan terakhir tahun ini menyatakan kosentrasi titik api berada di wilayah Kabupaten Bengkalis terutama daerah Bukit Batu, Mandau atau Rupat. "Tapi, itu lah faktanya. Lahan yang terbakar beragam, tidak hanya lahan milik warga, tetapi juga milik perusahaan," ucap Edwar.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan mengirimkan empat helikopter ke Provinsi Riau untuk membantu menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di wilayah tersebut.
Saat ini, Satgas Karhutla Riau masih mengandalkan helikopter bantuan dari dua perusahaan kertas untuk melakukan pemadaman api melalui jalur udara, yakni milik PT Riau Andalan Pulp and Paper dan PT Indah Kiat Pulp and Paper.
Kepala BNPB Willem Rampangilei usai mengunjungi lokasi kebakaran di wilayah pesisir Riau pada dua pekan lalu mengatakan, pihaknya akan mengerahkan bantuan pinjaman helikopter untuk "water boombing" dan teknik modifikasi cuaca. "Penetapan status siaga darurat oleh Provinsi Riau, maka pemerintah pusat melalui BNPB memiliki dasar hukum untuk memberi bantuan kapasitas yang tidak dimiliki oleh daerah," tuturnya.
Willem menyebut, saat ini, Riau sudah memiliki tiga helikopter yang selalu siaga dan bisa digunakan untuk patroli atau "water boombing" sewaktu-waktu. "Tiga helikopter ini memang masih kurang, tapi BNPB menyiapkan helikopter apabila diperlukan setiap saat bisa dioperasikan," katanya. (Muhammad Said)