TRIBUNNEWS.COM, TENGGARONG - Michael Learns To Rock (MLTR) sengaja datang atas undangan Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari yang terpilih untuk kedua kalinya sebagai Bupati Tenggarong dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) Desember lalu.
Sebagai rasa syukur, Rita menggelar Rock In Borneo di Lapangan Panahan, Stadion Aji Imbut, Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur.
"Ini bagian dari rasa terima kasih saya kepada kalian yang memilih saya pada pilkada kemarin. Saya menang 89 persen," kata Rita di atas panggung, Sabtu (26/3/2016) lalu.
Konser MLTR dikemas super-apik.
Sejumlah 24 grup band lokal jadi suguhan pembuka sejak pukul 10.00.
Grup legendaris musik cadas di Indonesia yang tak ketinggalan tampil adalah Power Slaves, Hellcrust (Jakarta), Revenge The Fate (Bandung), dan Kapital (Tenggarong).
Selain grup musik cadas, tampil pula grup band reggae Steven Jam.
Semua grup band itu tampil di dua panggung yang bersisian.
Aksi heboh grup-grup itu didukung tata suara berkapasitas 100.000 watt.
"Tujuh puluh persen grup yang tampil adalah grup-grup baru," kata Akbar Haka, Manajer Acara Rock In Borneo.
Dengan penampilan banyak grup, tak heran biaya yang digelontorkan juga cukup besar, yakni Rp 1 miliar.
Seperti halnya pergelaran tahun-tahun sebelumnya, para penonton tidak membayar sepeser pun alias gratis untuk bisa menikmati konser.
Anggaran ini menurut Rita tidak diambil dari APBD, tetapi dari uang pribadi dan dukungan para sponsor.
MLTR muncul saat malam beranjak larut.
Waktu menunjukkan pukul 21.30 Wita pada akhir pekan itu.
Kendati demikian, puluhan ribu penonton yang memenuhi area konser musik Rock In Borneo, yang sudah berjingkrak sejak pukul 10.00 Wita, belum juga merasa lelah.
Mereka sabar menanti penampilan pamungkas, MLTR, grup musik yang didirikan pada 21 Maret 1998 ini.
Tepat pukul 22.00 Wita, begitu intro musik "Someday" terdengar, penonton pun langsung teriak histeris dan berjingkrak.
Mereka ikut bersenandung di bagian refrain lagu yang klipvideo-nya dibuat di Bali ini.
KOMPAS.com/YULIANUS FEBRIARKO - Band pop dari Denmark Michael Learns To Rock (MLTR), yang terdiri dari (kiri-kanan) Kare Wanscher (drum), Jascha Richter (vokal dan keyboard), dan Mikkel Lentz (gitar), diabadikan sesudah berbincang dengan Kompas.com di kantor label rekaman Warner Music Indonesia, kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat, Rabu (19/8/2015).
MLTR tampil dengan formasi lengkap plus additional player, Jascha Richter (vokalis dan keyboardis), Mikkel Lentz (gitaris), dan Kare Wanscher (drummer).
Mereka rata-rata berusia 50 tahun ke atas, tidak membuat grup ini keteteran sepanjang pertunjukan selama 1,5 jam.
Vokal yang keluar dari tenggorokan Jascha Richter pun masih sama seperti didengar di kaset atau compact disc (CD) dulu.
Bercampur dengan ABG penggemar musik cadas, para "mantan remaja" alias ibu-ibu berusia 30-45 tahun tak mau kalah beraksi.
Hampir di setiap lagu, penonton ikut menggoyangkan badan, berjingkrak, sekaligus membentuk koor.
Histeris memuncak kala Richter turun dari panggung, menyentuh lambaian tangan penonton.
Begitu di atas panggung, Richter berujar, "Liriknya sederhana, tetapi maknanya sangat dalam."
Lantas "I’m Gonna Be Around" pun mengalun.
"I'm gonna love you til the end, I'm gonna be your very true friend, I wanna share your ups and downs, I'm gonna be around..."
Richter dan Mikkel Lentz yang sangat atraktif tampaknya begitu senang dengan antusias penonton yang ikut bersenandung di hampir semua lagu seperti "The Actor", "25 Minutes", "Nothing to Lose", "Blue Night", "Sleeping Child", "Take Me to Your Heart", dan sederet hits lainnya.
"Are you happy? We are happy too," teriak Richter menanggapi penonton yang terus bernyanyi.
Pergelaran yang sebelumnya bernama Kukar Rockin’ Fest ini sejatinya adalah untuk penggemar musik cadas.
Simak saja bintang-bintang tamunya sejak festival ini digelar lima tahun lalu. Sepultura, Testament, Helloween, dan Firehouse menjadi daya tarik ajang musik cadas ini.
Baru pada tahun kelima, Rock In Borneo menghadirkan Michael Learns To Rock (MLTR).
Meski namanya rock, musik yang diusung grup band Denmark ini adalah musik pop yang manis (sweet pop/soft rock), easy listening, dan menjadi andalan lagu yang didengarkan bagi orang yang sedang kasmaran, jatuh cinta, atau patah hati oleh remaja yang tumbuh pada era 1990-an.
Tak heran, yang banyak menonton adalah ibu-ibu berusia 30-45 tahun, bercampur dengan remaja atau ABG yang masih belum ingin pulang setelah menonton musik metal.
Leah yang datang bersama dua sahabat dan tiga mahasiswa bimbingannya mengaku puas.
Dosen di Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Mulawarman, ini bahkan tak malu-malu bergoyang.
"Puas banget, antusias, karena MLTR kan band internasional dan sangat terkenal saat saya masih remaja. Band yang kunanti-nanti karena hampir semua lagunya hafal," kata Leah yang datang dari Samarinda.
Hal senada juga diungkapkan Dini, penonton dari Balikpapan.
Jarak sejauh 123 km yang ditempuh selama empat jam tak membuat dirinya lelah.
Ia bahkan berjingkrak, melambaikan tangan, dan bersenandung di hampir semua lagu.
"Kalau sudah begini, lupa sama anak dan suami di rumah," selorohnya tertawa.
Bupati Rita ajak suami
Puluhan ribu penonton membentuk lautan manusia berkaus hitam memenuhi Lapangan Panahan, Stadion Aji Imbut Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, Sabtu (26/3/2016) sejak pukul 10.00 Wita.
Pergelaran Rock In Borneo, sebuah ajang festival musik tahunan terbesar di Kukar, bahkan Kalimantan, menjadi ajang yang ditunggu para penikmat musik.
IST - Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Rita Widyasari
Alasan MLTR sendiri menjadi band pamungkas lantaran Rita Widyasari, Bupati Kutai Kukar, merupakan penggemar band ini.
Ia hafal semua lagu-lagunya, apalagi "Paint My Love", karena ia pernah punya kenangan khusus pada lagu ini semasa masih pacaran dulu saat remaja.
Ia pernah diberi kaset MLTR oleh mantan pacarnya saat ia masih muda.
"Makanya, saya ajak suami ke sini karena dia cemburu (dengan kisah dulu)," kata Rita di atas panggung sembari menggandeng mesra tangan suaminya dan tertawa.
Suaminya, Beni, ikut tersenyum mendengar celotehan istrinya. (Kontributor Kompas.com Balikpapan/Dani Julius Zebua)