Laporan Wartawan Tribun Timur Fahrizal Syam
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Mansur Halide (53) dan Ernawati Nompo (50), orangtua dari Wawan Saputra (22), salah satu dari sepuluh orang WNI yang disadera kelompok Abu Sayyaf, kini hanya bisa pasrah dan berdoa menunggu kejelasan nasib anaknya.
Saat Tribun berkunjung ke rumahnya di Perumnas Antang Blok 10, Jln Terompet 12 nomor 51 Makassar, Selasa (5/4/1016), keduanya menceritakan bagaimana keseharian putranya hingga menjadi sandera Abu Sayyaf.
Wawan yang lahir pada 30 Desember 1993 adalah anak ke empat dari enam bersaudara.
Ia menghabiskan masa kecilnya hinga duduk di bangku sekolah menengah di Palopo, lalu kemudian memutuskan pindah ke Makassar.
"Alamat di KTP anak saya itu memang masih di Palopo, karena belum sempat diganti sejak pindah ke sini," kata Mansur.
Mansur menceritakan bagaimana putranya itu telah menjadi tulang punggung bagi keluarganya, hingga sebuah rumah bertipe 36 berhasil direnovasi lebih tinggi dan lebih luas berkat bantuannya.
"Wawan rajin mengirim uang ke keluarga. Jumlahnya kadang Rp5 juta, Rp8 juta, hingga Rp 15 juta, dan itu kami pakai buat renovasi rumah ini yang awalnya tipe 36, kini menjadi lebih besar dan lebih tinggi," ungkap Mansur.
Ernawati yang sesekali menimpali pembicaraan mengatakan sejak anaknya menjadi ABK di kapal tug boat Brahma 12, ia tak pernah lagi pulang, bahkan pada saat lebaran.
"Sejak jadi ABK di kapal Brahma, dia belum pernah pulang ke sini karena katanya juga belum punya istri, tapi sebelum disandera ia sempat bilang akan pulang pada pertengahan April, setelah menyelesaikan kerjaannya di Filipina," kata Ernawati.
Meskipun tak pernah pulang, Ernawati mengaku selalu berkomunikasi dengan Wawan melalui telepon.
"Kalau sedang tidak berlayar ia selalu menelepon hampir tiap hari, katanya ingin pulang melihat rumah ini," beber dia.
Mansur mengatakan, pihak perusahaan yaitu PT Patria Marine Line sempat menelpon mereka dan menyampaikan kabar bahwa anaknya sehat dan baik-baik saja.
"Mereka juga bilang bersedia membayar permintaan para penyandera untuk menebus mereka," kata dia.
Mansur dan Ernawati hanya berharap Pemerintah Filipina dan Indonesia dapat segera menyelesaikan masalah ini, dan membebaskan para sandera.
"Kami hanya bisa berdoa dan berharap pemerintah segera dapat membebaskan sandera hingga dapat pulang dalam keadaan sehat," tutup dia. (*)