Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Anggota DPD RI asal Bali, Gede Pasek Suardika, menilai persoalan Grab dan Uber pada dasarnya membangun tradisi hajat hidup seseorang.
Setelah dialog dengan pihak yang bekerja di transportasi berbasis aplikasi dan konvensional, terungkap bahwa disparitas harga yang melatarbelakangi kedua kubu saling berseberangan.
"Sebenarnya kemajuan teknologi itu tidak bisa dibendung. Ini yang harus dicarikan solusi dari Pemerintah," kata Pasek kepada Tribun Bali, Kamis (7/4/2016).
Kedua belah pihak sudah menyampaikan perbedaannya, sehingga nanti perlu solusi. Ia akan menyampaikan persoalan disparitas harga ke Kementrian Dalam Negeri.
"Pasti akan saya sampaikan nanti ke Kemendagri," imbuh dia.
Mantan politikus Partai Demokrat itu berujar, Bali sudah memiliki solusi yakni mengajukan sebuah aplikasi serupa Grab dan Uber khusus untuk menaungi kedua belah pihak tersebut.
"Ada Pemuda asli Bali yang bisa membuat aplikasi itu. Jika Diwadahi, anak Bali ada yang bisa membuat aplikasi begitu juga," ucap Pasek.
Langkah yang sudah dilakukan pemuda Bali ini seharusnya segera disambut pemerintah, karena dapat menciptakan keharmonisan pariwisata di Pulau Dewata dan tak ada lagi unjuk rasa.
"Untuk itulah yang dikedepankan aplikasi lokal," tegas dia.
Bagi Pasek, langkah ke depan yang lebih baik adalah mengelola yang lokal daripada yang dari luar dan apa yang dihasilkan anak muda Bali ini pun sudah berjalan.
"Bahkan, untuk sistem masih menggunakan prinsip tawar-menawar. Jadinya, lokal konten tetap dijaga," sambung dia.