Laporan Wartawan Surya, Monica Felicitas
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Setelah bayi watusi, banteng Afrika, mati beberapa bulan lalu, giliran harimau Sumatera bernama Rama mati di Kebun Binatang Surabaya.
Rama mati pada Minggu (10/4/2016) pukul 16.10 WIB akibat gagal jantung di Balai Karantina Kebun Binatang Surabaya, Jawa Timur.
Rama mempunyai catatan berbeda dengan harimau jantan Sumatera lainnya. Ia dikenal sebagai harimau jinak dibanding harimau pada umumnya. Harimau jantan ini berumur 15 tahun dan merupakan batas maksimal umur seekor Harimau Sumatera.
"Kalau bangun juga lebih lama daripada harimau lainnya," ujar Irmanu Ommy N, dokter hewan Kebun Binatang Surabaya, Senin (11/4/2016).
Dokter hewan Kebun Binatang Surabaya sudah menganalisis sesuatu yang berbeda pada Rama. Setelah mengetahui gejala tersebut, Kebun Binatang Surabaya memeriksa darah, urine, dan feses Rama.
Harimau berbobot 113,7 kilogram ini mendapat perlakukan khusus daripada hewan lainnya beberapa pekan sebelum meninggal.
Makanan yang diberikan pun merupakan pilihan khusus dari KBS, seperti ayam segar, blenderan jeroan hati ayam dan kuning telur, namun Rama enggan memakannya. Sekalinya makam, Rama hanya mengonsumsi sedikit karena terdeteksi terkena sariawan.
"Perhatian kami lakukan lebih, waktu meninggalnya pun masih dalam pengawasan dan ada yang menjaga," sambung Irmanu.
Pelaksana Tugas Direktur Utama Perusahaan Daerah Taman satwa Kebun Binatang Surabaya (PDTS), Aschta Mira Tajudin, menjelaskan bangkai Rama masih dalam perlindungan Kebun Binatang Surabaya untuk selanjutnya akan dilakukan pengawetan.
Setelah meninggal, tim dokter sempat memeriksa tubuh Rama dan ketahuan banyak mengandung cairan.
Rencananya, beberapa organ tubuh Rama akan diawetkan, salah satunya kulit, guna pembelajaran bagi masyarakat. Rama merupakan penghuni Kebun Binatang Surabaya sejak 21 Juni 2000.