Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Tukang cukur DPR, sebutan ini berkembang di masyarakat Bogor, menyebut lapak pangkas rambut di bawah pohon rindang (DPR).
Tukang cukur DPR ini masih bisa dijumpai, tak jauh dari Tugu Kujang, Kota Bogor.
Lelaki tua tampak serius melayani pelanggannya yang meminta agar rambutnya dirapihkan.
Mansur (77), warga Cibereum, Mulyaharja, Kota Bogor, sudah menggeluti profesi sebagai tukang cukur sejak tahun 1980.
"Saya buka lapak di sini sebelum Tugu Kujang ada, tugu kan dibikinnya tahun 1986," ujar ayah dari delapan anak ini.
Tribunnewsbogor.com/Ardhi Sanjaya
Sejak umur 20 tahun, Mansur memutuskan untuk mencari nafkah menggunakan gunting kodok yang dimilikinya kini.
Bermodal ilmu mencukur dari kakaknya, Mansur pun membulatkan tekad untuk bekerja sebagai tukang cukur.
Pendestrian di Jalan Otista, Bogor Tengah, Kota Bogor, tidak jauh dari ikon Kota Bogor, kaca lapuk dan meja sederhana menjadi tempatnya mengais rejeki untuk keluarga.
Pohon randu berukuran sangat besar, menjadi tempat nyaman untuk menata rambut dari pelanggannya.
"Pernah di Pulogadung, pindah ke Rawamangun, sampai saya ke sini, banyak yang nawarin pindah ke ruko, cuma saya tidak mau," katanya.
Tanpa membandrol uang jasa mencukur rambut, setiap harinya minimal Mansur melayani tujuh orang.
Tribunnewsbogor.com/Ardhi Sanjaya
"Kalau ditanya yah saya minta Rp 12 ribu, cuma kebanyakan tidak nanya, ngasih saja, Rp 15 ribu ada juga Rp 20 ribu," ujarnya.
Pelanggannya pun dari berbagai kalangan dan kebangsaan, mulai dari orang Bogor asli, sampai turis mancanegara.
"Ada yang dari Belanda, kalau tugas ke Indonesia, pasti datang ke sini," katanya.
Gunting kodok, serta pisau lipat yang digunakan menjadi alasan bagi para pelanggannya untuk kembali datang ke salon sederhana ini.
"Kalau pakai alat yang setrum itu kan kadang suka mati listrik, kalau nyukurnya baru setengah kan jadi jelek juga," kata Mansur.
Mansur mulai bekerja pukul 07.30 WIB setiap harinya, selesai pukul 16.00 WIB.
Tribunnewsbogor.com/Ardhi Sanjaya
Walau menggunakan alat sederhana, namun Mansur menegaskan bahwa dirinya bisa menata gaya rambut seperti gaya masa kini.
"Asal bilang saja mau modelnya seperti apa, banyak juga anak muda yang minta dicukur cepak kaya yang model-model sekarang," katanya.
Penghasilannya memang tidak melimpah, tapi setidaknya, delapan anak Mansur bisa sekolah hingga ke tinggat SMA.
"Sekarang sudah pada kerja, yah cukup buat kehidupan sehari-hari," ujar Mansur.