"Seperti masih saudara sama saya orang Tigawasi mati habis operasi, sakitnya hampir sama dengan cucu saya,” tutur Tinggi.
Operasi yang tidak tuntas menyebabkan perut Lia terbuka dan ususnya tembus pandang karena hanya ditutup menggunakan plastik lalu direkatkan menggunakan plester.
Tinggi bersama suaminya yang sehari-hari menjadi buruh serabutan ini tidak sanggup membeli alat penutup seperti dianjutkan pihak medis.
Ditutupinya perut Lia yang berlubang ini untuk menghindari debu masuk ke usus yang bisa menyebabakan infeksi. Setiap hari Tinggi harus mengganti plastik yang menutup perut Lia dengan plastik lebih baru.
“Ini belum selesai operasi dagingnya masih lubang, biar bisa kentut dan kotoran keluar. Saya enggak bisa beli alat penutup perutnya, ini saya kasih saja plastik sama plester," ucap dia.
Biasanya Tinggi menggunakan air infus untuk membersihkan luka di perut Lia. Setelah itu bagian yang terluka ditutupi kain, namun semua itu tak bisa dipenuhi keluarga.
Kini kondisi perut yang berlubang, Lia merasa kesakitan ketika bergerak apalagi berjalan untuk sekadar melepas suntuk berkepanjangan karena lukanya.
Ia juga harus menggunakan pompa untuk mengencerkan kotorannya agar mudah dikeluarkan.
“Ada alatnya untuk pompa perutnya biar kotoran bisa encer dan tidak keras sehingga mudah keluarnya. Sehari bisa tiga kali kita pakai pompa itu,” terang Tinggi.