"Melihat jejaknya, dugaan kami, dia kabur dengan cara memanjat tralis ventilasi itu. Caranya, sarungnya diikatkan ke tralis besi ventilasi tersebut."
"Namun, itu tak muda, untuk bisa mengikatkan sarungnya karena harus melompat dulu, agar bisa mencapai tralis itu."
"Sebab, ventilasi itu setinggi sekitar 3 meter dari lantai ruangannya. Terus, gimana caranya, ia bisa mencapai ventilasi setinggi itu, apalagi sambil mengikatkan sarungnya," tutur Hasyim.
Meski menemukan fakta seperti itu, Hasyim tak langsung percaya. Ia menyuruh beberapa petugas sipir, untuk mempraktekkannya.
Namun, para petugas kesulitan untuk bisa melompat dan menggapai tralis ventilasi setinggi itu. Belum lagi, kesulitan lainnya.
Berhasil memanjat ke tralis ventilasi, ia masih harus naik ke atap. Itu pun, tak mudah karena tak ada pegangan, kecuali hanya ada dinding ruangan.
Namun faktanya, ia berhasil menerobos plafon yang terbuat dari papan.
"Padahal, atap papan itu dipaku, sementara ia tak membawa peralatan apapun. Namun, kok bisa ia menjebol papan, yang dipaku itu," ungkapnya kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).
Tak hanya itu, menurut Hasyim, lagi-lagi petugas dibuat heran, dengan ketangkasan Ap. Sebab, meski berhasil menjebol papan yang dipaku itu, bukan berarti ia langsung bisa keluar.
Sebab, di balik atap papan atau di antara genting itu, terpasang kawat berduri. Namun, kawat itu berhasil dilewati dengan cara direnggangkannya.
"Lagi-lagi, ini juga aneh. Anak ini cukup luar biasa. Wong, nggak pakai peralatan apapun, kok bisa merenggangkan kawat berduri."
"Padahal, kawat itu cukup rapat karena hanya berjarak sekitar 3 jari antarkawatnya," ujarnya.
Berhasil menerobos kawat berduri, ia sudah tak ada rintingan yang berarti.
Sebab, cukup membuka beberapa gentingnya, ia sudah berada di atas bangunan ruangan isolasi.