Laporan Wartawan Surya, Imam Taufiq
TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Usaha santri dan warga Dusun Sukosari, Desa Plumpungrejo, Kabupaten Blitar, membuahkan hasil menghentikan aktivitas penambangan batu kapur.
Sehari setelah warga mendemo Pemkab Blitar, aktivitas penambangan langsung berhenti. Meski eskavator masih berada di lokasi, namun tak ada aktivitas pada Jumat (27/5/2016) siang.
Ada kemungkinan penambang takut karena warga saat berdemo sempat mengancamnya. Intinya, warga akan menutup paksa tambang kapur jika polisi tak bertindak.
"Kami lega saha kami membuahkan hasil. Kami berharap aktivitas penambangan berhenti total karena sangat mengganggu ketenangan kami," ujar Samsudin (38), warga Desa Plumpungrejo, Jumat (27/6/2016).
Menurut dia akvitas penambangan berhenti sejak Kamis (26/5/2016) atau sehari setelah warga mendemo Pemkab Blitar pada Rabu (25/5/2016).
M Trianto, Koordinator LSM Komite Rakyat Pemberantasan Korupsi, yang selama ini getol mendampingi warga menolak penambangan kapur mengatakan akan mengawal kasus ini.
Ia berharap agar aktivitas penambangan kapur itu ditutup selamanya meski sebagian lahan yang ditambang itu mengantongi izin.
Trianto berlasan lokasi pertambangan kapur terlalu dekat dengan perkampungan dan pesantren atau hanya berjarak sekitar 100 meter.
"Terkesan izinya dulu itu dipaksakan. Masak, lokasi tambang berdekatan dengan sekolah yang jadi satu dengan pesantren. Itu jelas tak layak, kayak enggak ada lahan lainnya saja," keluh dia.
Mujianto, Kepala Kesbangpol Linmas, mengaku belum tahu soal berhentinya aktivitas penambangan itu. Ia balik bertanya siapa yang menyuruh mereka menambang kembali setelah didemo warga.
"Dulu itu sudah ada kesepakatan bersama, selama proses hukumnya masih berjalan, aktivitas penambangan harus berhenti dulu. Terus, katanya kemarin itu buka lagi sehingga didemo warga kembali. Siapa yang menyuruhnya buka kemarin itu?" tanya dia.
Para santri Pondok Pesantren Anharul Ulum di Dusun Sukosari, Desa Plumpungrejo, bersama warga setempat mendemo Pemkab Blitar agar aktivitas penambangan dihentikan.
Sejak didemo warga kali pertama pada Selasa (12/4/2016), penambang langsung menghentikan aktivitas, namun selang tiga minggu mereka kembali menambang sehingga memancing reaksi warga.