News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

RSUD Tanjung Selor Kewalahan Atasi Lonjakan Pasien

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Beberapa pasien sedang dirawat di salah satu ruangan di RSUD Soemarno Sosroatmojo Tanjung Selor, pekan lalu. Tahun 2016 ini, RSUD Tipe C milik Pemkab Bulungan ini akan mendatangkan 100 unit bed baru. (TRIBUNKALTIM/DOAN PARDEDE)

TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG SELOR -- Lonjakan pasien yang mencapai dua kali lipat, membuat pihak RSUD Soemarno Sosroatmojo Tanjung Selor kewalahan.

Meningkatnya jumlah pasien ini kata Direktur RSUD Soemarno Sosroatmojo di ruangannya pekan lalu, mulai sangat terasa sejak Kota Tanjung Selor resmi ditunjuk menjadi Ibu Kota Provinsi Kaltara.

Saat ini, rata-rata kunjungan rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit tipe C milik Pemkab Bulungan ini, sudah mencapai 123 pasien per hari. "Itu (123 pasien) sudah dengan rawat jalan dan rawat inap, rata-rata. Naiknya lebih dari 100 persen," katanya.

Bahkan saat-saat tertentu kata dokter spesialis syaraf ini, pasien rawat inap tidak bisa ditampung di tempat tidur (bed) yang tersedia. "Kewalahan, terutama ruangan. Kalau pasien membludak, ruangan itu sampai full. Terpaksa pasien di ekstra bed apa boleh buat. Pernah kejadian begitu," katanya.

Berbagai upaya menurutnya dilakukan agar semua layanan tetap bisa berjalan. Seperti tahun 2016 ini, pihaknya sudah memesan sebanyak 100 unit tempat tidur baru. Saat ini, tempat tidur hanya ada 168 unit. "Selain untuk menambah, sebagian tempat tidur juga akan kita ganti," katanya.

Penambahan tempat tidur kata dia, memang idealnya diikuti perluasan gedung. Namun karena mepetnya waktu, perencanaan perluasan akan dibahas di APBD Perubahan tahun 2016 mendatang. Diharapkan, pembangunannya sudah bisa dilakukan mulai tahun 2017 mendatang.

"Untuk pembangunan kan butuh waktu. Jangan sampai habis waktunya, nggak selesai," katanya. Selain memang dipengaruhi pertumbuhan penduduk, adanya penambahan layanan setara spesialis juga menurutnya memberikan kontribusi peningkatan jumlah pasien.

Saat ini, spesialis mata, kulit dan kelamin, jantung dan spesialis anak juga sudah dilayani. Memang menurutnya, layanan spesialis ini masih ditangani mahasiswa program spesialis yang belum "sah" menjadi dokter spesialis. Namun dari sisi pengakuan, dokter-dokter ini sudah diperkenankan untuk menangani pasien.

"Mereka juga sudah mendapat izin dari universitas yang bersangkutan dan boleh melakukan layanan spesialis itu," katanya.

Sejauh ini kata dia, beberapa rujukan spesialistik dan diagnostik memang masih harus dirujuk ke rumah sakit di Tarakan, Samarinda dan daerah-daerah lain yang fasilitasnya lebih lengkap.

Untuk spesialistik, berupa rujukan ke dokter spesialis yang belum ada di RSUD Tanjung Selor. "Kalau spesialistik memang spesialisnya belum ada. Misalnya spesialis bedah tulang, kita belum ada," katanya.

Sementara rujukan diagnostik, adalah ketika diagnosa dokter perlu diteliti lebih jauh dengan peralatan yang masih hanya ada di rumah sakit lain, yang peralatannya lebih lengkap.

Seperti terkait syaraf, karena ketiadaan alat CT Scan pasien juga harus dirujuk ke rumah sakit lain. "Misalnya dugaan saya 80 persen tumor otak. Untuk menggenapkan 100 persennya perlu dilakukan diagnostik, rujukan dalam hal ini CT Scan," katanya. (Doan Pardede)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini