Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Tracer (penjiplak) dan editor Polnep Animation (Potion), Dwiki Riyadi (19) menuturkan, untuk proses dubbing (sulih suara) film animasi, pihaknya menggunakan headphone gaming dan software editing audio Audacity.
"Setelah direkam dengan menggunakan Audacity, suara itu kemudian kami olah menjadi file Mp3, kemudian di insert dengan menggunakan program Adobe After Effect, untuk disatukan dengan video," tuturnya saat ditemui di Politeknik Negeri Pontianak, Senin (30/5/2016)
Dwiki membenarkan saat ini pihaknya memang sedang menggarap animasi yang cenderung ke Manga, oleh karena seluruh anggota tim terbiasa menyimak film ataupun komik Manga asal Jepang, dibandingkan membaca komik-komik asal Amerika.
"Kami memang sudah memiliki rencana untuk membuat lebih ke karakter lokal. Dari mulai bentuk matanya, hidung atau keseluruhan bentuk wajahnya, sudah kami rencanakan," ujarnya
Hal itu menurutnya karena penyebaran animasi cenderung lebih gencar dari rumah produksi asal Jepang.
Untuk pembuatan animasi tersebut, Dwiki mengakui timnya belajar secara otodidak, dan sama sekali tak dipalajari dalam mata kuliahnya di Polnep.
"Dengan referensi dari internet, kami mencoba meniru beberapa gambar," katanya.
Walau begitu, dukungan dari dosen di Polnep, menurutnya sangat besar dalam pembuatan film animasi mereka. Bahkan, Potion di dorong untuk mengikuti kompetisi film animasi Gemastik di UGM.
"Film (Sekotak Harapan) ini merupakan salah satu dukungan dari dosen, kami diminta untuk mengikuti perlombaan di Gemastik," jelasnya.
Untuk finishing, tim Potion harus mencocokkan suara dengan gerakan mulut dari karakter di film tersebut.
"Setelah penggabungan tersebut selesai, ada beberapa bagian yang perlu dirapikan, seperti pencahayaannya dan merendering untuk menyatukan seluruh elemen dalam potongan gambar dan suara, untuk menjadi satu film utuh," sambung Dwiki