TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Limbah cair dari sisa pengolahan pabrik gula dan spiritus (PGPS) Madukismo membuat warga di bantaran sungai Bedog khawatir akan pencemaran air ke sumur-sumur resapan milik warga.
Mereka takut jika air limbah itu akan menurunkan kualitas air untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari mereka.
Pareng (50), warga Kasongan, Kasihan, Bantul mengatakan, limbah pabrik yang mereka sebut dengan blothong ini membuat warga menjadi sangat takut untuk beraktivitas di sungai.
Padahal, sungai Bedog sebagai bagian dari kehidupan warga bantaran menjadi sarana untuk mencuci dan mandi.
“Semenjak blothong terus mengalir, kami jadi enggan mandi di sungai. Soalnya bikin gatal-gatal. Apalagi, untuk air minum,” paparnya, Selasa (7/6/2016).
Menurutnya, limbah cair ini hampir setiap tahun terjadi.
Bahkan, dia menyebut, limbah ini sudah menjadi momok mengerikan yang menghantui warga bantaran sungai.
Lebih jauh, air sebagai sarana vital dalam hidup warga juga rawan tercemar limbah cair ini.
Sejauh ini, Pareng mengandalkan air sumur untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Namun, kekhawatiran hinggap di hatinya setelah persoalan limbah ini tak kunjung selesai.
Bahkan, belum ada langkah tegas dari pemerintah mengenai hal ini.
“Ya, memang saya khawatir jika sumur tercemar limbah. Maka, kalau bisa buang limbahnya dipindahkan jangan di sungai Bedog,” katanya.
Nur Alfi, warga Kentolan Kidul, Guwosari, Pajangan juga khawatir jika air sumur milik warga di bantaran sungai tersebut tercemar.
Meski belum ada penelitian dan data mengenai tingkat pencemaran air ini, namun pencemaran bisa saja terjadi di sumur warga.
“Tentu saja, yang paling kami khawatirkan jika air sumur milik kami menjadi tercemar. Kalau memang tercemar karena resapan, kami tidak lagi punya sumber air bersih yang benar-benar bisa kami andalkan,” paparnya.
Dampak dari limbah ini yang paling dirasakan Nur adalah bau menyengat dan nyamuk yang banyak hinggap di rumah warga yang berada di bantaran sungai.
Sementara, untuk sekadar mencuci ataupun mandi, air sungai Bedog sudah tidak mampu lagi diandalkan. (tribunjogja.com/ais)