Laporan Wartawan Bangka Pos, Deddy Marjaya
TRIBUNEWS.COM, BANGKA - Di usia menginjak tujuh tahun, Ulazah hanya bisa berbaring di kasur, ada guling kecil di sisi kiri dan kanan sebagai penahan tubuhnya tak jatuh.
Bocah cilik itu tak bisa bermain dengan teman-temannya. Sejak lahir ia menderita kelumpuhan otak atau celebral palsy, sehingga hanya bisa berbaring di kasur.
Ibu kandung Ulazah sudah meninggal dunia. Suhatini yang tidak lain nenek Ulazah, berperan sebagai ibunya. Mereka tinggal di Jalan Mendanau, Desa Air Ruai, Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka.
"Malam (Ulazah, red) tak pernah tidur. Malam dia melek, sering merengek, kayak ada yang dirasakan. Kalau siang dia tidur," cerita Suhatini kepada wartawan di rumahnya, Selasa (14/6/2016).
Kebetulan pagi itu Dokter Kiri datang memeriksa kondisi kesehatan Ulazah. Sesekali matanya melek ketika digendong sang nenek. Tubuh Ulazah kurus sekali. Kedua telapak tangan dan kakinya memakai kaus agar tetap hangat.
Dalam sehari Ulazah hanya makan sekali. Itu pun makan bubur, tapi bisa makan lainnya karena sulit menelan. Bahkan, untuk minum pun kesulitan.
Suhaitini dibantu dua saudaranya telatel merawat Ulazah. Sang nenek tak sampai hati meninggalkan cucu malangnya itu selalu terbaring di kasur, sesekali ia gendong saat memasak di dapur.
"Ibu berharap dia bisa duduk, biar ada kemajuan. Itu sudah buat ibu senang. Sudah lama ibu kepingin punya kursi roda. Kalau ke dapur dia bisa ikut, tidak di tempat tidur terus, kasihan," begitu harapan Suhatini.
Satu kali Ulazah sakit dan terserang flu, Suhatini rela ke apotik dan membelikan parasetamol sirup. Ia sangat senang sekali ketika melihat Ulazah sembuh.
Kondisi ekonomi Suhatini tak memungkinkan membawa Ulazah mendapat pengobatan lebih baik. Suaminya sudah tak bekerja, sementara ayah Ulazah kadang punya pekerjaan dan kadang tidak.
Suhaitini berharap ada orang dermawan yang mau membantu dan membawa Ulfazah berobat agar kesehatannya lebih baik.