Laporan Wartawan Tribun Timur Fahrizal Syam
TRIBUNNEWA.COM, MAKASSAR - Masjid Kampung Maloku, atau yang dikenal dengan dengan nama masjid Anshar, terletak di Jl Somba Opu, Kelurahan Maloku, Kecamatan Ujung Pandang, Makassar.
Sekilas tak ada yang spesial dari masjid ini, namun siapa sangka masjid yang berdiri kokoh di antara toko-toko emas di Jl Somba Opu ini rupanya sudah hampir berumur dua abad, tepatnya 190 tahun.
Masjid Anshar didirikan pada tahun 1826 di sebidang tanah yang diwakafkan oleh Alm Karaeng Tompo.
Pada awal pembangunannya, masjid Anshar hanya berupa musalla kecil yang luasnya sekitar 10x10 meter persegi.
Beberapa tiang yang kini berdiri di tengah masjid, menjadi penyangga awal berdirinya masjid tersebut.
Setelah masjid mengalami renovasi dan perluasan, tiang-tiang tersebut tetap dibiarkan berdiri kokoh di dalam masjid.
Abdullah Yasin selaku Ketua Harian Masjid Anshar mengatakan, ada beberapa benda berumur ratusan tahun yang masih berada di dalam masjid dan hingga saat ini masih dipergunakan, salah satunya yaitu mimbar.
"Mimbarnya itu sudah ada sejak tahun 1327, bahkan mimbarnya itu lebih tua dari masjidnya sendiri," kata Abdullah Yasin, Minggu (19/6).
Yasin mengatakan mampu mengetahui umur mimbar tersebut karena di salah satu bagian mimbar terdapat ukiran yang menunjukkan umur mimbar tersebut.
Namun, kayu mimbar yang terbuat dari kayu Ternate tersebut, terpaksa dilapisi karena umurnya yang sudah sangat tua dan mulai lapuk.
"Umurnya ada terukir di salah satu sisi mimbar, tapi sekarang sudah dilapisi dengan papan, jadi ukirannya sudah tidak terlalu jelas," ungkap dia.
Yasin melanjutkan, sepengetahuannya masjid ini didirikan oleh Karaeng Tompo setelah kelahiran anaknya.
"Masjid itu seumur degan anak pendirinya, namanya Basse Masigi. Ketika anaknya lahir, dia juga membangun masjid," katanya.
Masjid Anshar juga sempat ditangani oleh militer yang saat itu masih bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Masjid tersebut mangalami renovasi sedikit demi sedikit setelah ditangani oleh ABRI.
Saat ditangani oleh ABRI itu, masjid juga sempat mengalami perubahan naman menjadi Masjid Anshar ABRI, namun setelah itu dikembalikan lagi menjadi masjid Anshar.
Bukti bahwa masjid ini pernah menjadi masjid kebanggan ABRI juga masih terasa. Hal itu diungkapkan oleh Anshar, Iswan Dg Kulle (37) yang sudah sebelas tahun menjadi Muadzin Masjid.
Iswan yang ditemui di masjid mengatakan, masjid terkadang didatangi oleh puluhan anggota TNI untuk melakukan kerja bakti. "Biasa juga ada puluhan TNI yang salat di sini," ungkapnya.
Saat ini masjid Anshar yang diketuai oleh Idris Manggabarani, sudah cukup besar, dengan dua lantai dan mampu menampung lebih dari 1000 jemaah.
Kuburan Keluarga dan Sultan Ternate
Di belakan Masjid Anshar juga terdapat beberapa kuburan. Kuburan tersebut merupakan kuburan pendiri masjid bersama istri, dan beberapa keluarganya.
Tak hanya itu, ada juga makam Sultan Ternate bersama istrinya. Abdullah Yasin mengatakan kurang tahu sejak kapan kuburan-kuburan tersebut ada di sana.
"Kuburan Sultan Ternate itu sudah lama, lebih lama dari masjid. dulunya kuburan berada di depan masjid, setelah mengalami perluasan, sekarang masuk di lingkungan masjid.
Ia juga mengaku tak tahu menahu siapa nama Sultan Ternate tersebut. "Setahu kami hanya Sultan Ternate, tapi saya kurang tahu siapa nama aslinya," kata dia.
Berdasarkan catatannya, Sultan Ternate tersebut merupakan seorang penyiar Islam pada zaman dahulu.
Sultan tersebut meiliki daerah kekuasaan yang mencakup Jl Muchtar Luthfy, Jl Dg Tompo, Jl Penghibur, Jl Somba Opu, dan Jl Ali Malaka. (*)