TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Festival Padi 2016, yang digelar Banyuwangi, diawali dengan ritual "tiris”, tradisi yang biasa dilakukan petani di Sumbergondo sebelum melakukan prosesi tanam padi.
Sesepuh Desa Sumbergondo, Mbah Sanusi tradisi ini dimulai dengan ritual selamatan yang menyertakan 3 jenis tumpeng. Yakni tumpeng gunung, bucung, dan kunir.
Tiga jenis itu, kata Mbah Sanusi, mengandung filosofi, bahwa hakekat hidup harus jujur dan lurus. Ini disimbolkan dengan tumpeng gunung dan bucung.
Sedangkan sego kunir yang diikat janur kuning, maknanya manusia harus ingat kejadian asal mulanya dari nur, yang identik warna kuning.
Selain tumpeng, dalam selamatan ini juga dilengkapi sesaji yang ditaruh dalam wadah daun pisang atau yang lazim disebut dengan cok bakal, yang artinya mengawali.
Cok bakal ini berisi aneka macam sumber pangan manusia. Di antaranya kacang, telur, yang dilengkapi kembang tiga warna.
"Setiap selamatan tanam padi, petani wajib menyertakan cok bakal ini. Konon menurut cerita leluhur, ritual ini harus dilakukan agar panen melimpah ruah, tidak diganggu apapun, sehingga bisa mendatangkan kemakmuran bagi warga desa" ujar Mbah Sanusi.
Sebelum dimakan bareng, tumpeng didoakan oleh sesepuh desa. "Usai makan tumpeng bersama, tanam padi baru dimulai," kata Mbah Sanusi.
Sementara itu, Camat Glenmore Susanto Wibowo mengatakan festival ini dipusatkan di Balai Desa Sumbergondo.
Di lokasi tersebut, seluruh warga dan pengunjung mengikuti makan tumpeng bareng yang dibawa oleh ratusan petani.
Para petani pembawa tumpeng tersebut datang dari 3 penjuru, yang mewakili tiga dusun di tempat tersebut. Yakni Yakni Dusun Salamrejo, Gunungsari dan Dusun Kalisepanjang.
"Mereka lah yang akan memulai pesta padi ini," ujar Susanto.
Usai kenduri, lanjut Susanto, 340 petani yang terlibat dalam festival ini mulai ritual bercocok tanam di lahan 20 hektar terbagi dalam 3 sawah yang berbeda.
Mereka masing-masing menampilkan tiga tahapan bercocok tanam padi dengan sangat tradisional, yakni menggunakan sapi untuk membajak sawah dan menggunakan tangan saat menanam padi dengan cara berjalan mundur.
"Mereka ada yang nyingkal (membajak sawah), meratakan tanah (ndaru), dan menanam padi. Ada 20 pasang kerbau yang siap beratraksi membajak sawah," pungkas Susanto. (haorrahman)