TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Tempat peristirahatan terakhir terpidana mati kasus narkoba Freddy Budiman di pemakaman umum Mbah Ratu, Jalan Sedayu, Kecamatan Krembangan, Surabaya digenangi air, Jumat (29/7/2016) siang.
Ketinggian air diperkirakan mencapai 20 hingga 30 sentimeter.
Staf pemakaman umum Mbah Ratu, Sadimun mengatakan, tanah di tempat itu memang mudah digenangi air. Apalagi saat curah hujan tinggi.
"Beberapa waktu lalu Surabaya kan masih sering diguyur hujan, makanya setiap ada galian pasti akan tergenang air," katanya kepada Surya (Tribunnews.com Network).
Kendati demikian, Sadimun menyebut air di makam yang akan digunakan Freddy Budiman cukup tinggi.
Biasanya ketinggian air hanya berkisar 5 sampai 20 sentimeter.
"Saya juga tidak tahu. Tapi nanti yang jelas sebelum dimakamkan, akan kami kuras airnya dulu," kata dia.
Menurutnya, jika dikuras sekarang, nanti air akan kembali menggenangi makam. Oleh karena itu, pihaknya akan menguras sekitar 10 sampai 15 menit sebelum jenazah dimakamkan.
"Kalau dikuras sekarang khawatirnya justru tanahnya ambrol, makanya kami biarkan seperti itu," jelasnya.
Rencananya, akan ada sekitar empat petugas yang menguras makam biar cepat selesai, sebelum digunakan untuk pemakaman.
Kesaksian mengejutkan Freddy Budiman
Eksekusi mati yang dilakukan terhadap terpidana kasus narkoba terhadap Freddy Budiman dan lainnya memantik beragam reaksi dari publik di Tanah Air.
Ada yang mendukung, namun banyak pula yang menolak pelaksanaan hukuman mati tersebut dan mereka memiliki alasan masing-masing atas reaksi tersebut.
Salah satunya kesaksian Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar, yang diposting di fanpage resmi milik Kontras di jejaring sosial Facebook.