Laporan Wartawan Bangka Pos, Fery Laskari
TRIBUNNEWS.COM, BANGKA - Enam orang tersangka pelaku perampokan ini punya kisah pilu di keluarga mereka masing-masing.
Rata-rata, kisah tentang keluarga tak harmonis alias broken home, menjadi latar belakang pelajar putus sekolah itu hingga akhirnya nekat melakukan kejahatan.
DS, misalnya, dia mengaku ditinggal ayah kandung saat dia masih kecil.
Sejak itu dia diasuh oleh sang ibu. Dan setelah ibunya menikah, DS terpaksa tinggal bersama bapak tiri.
"Dari kecil saya ditinggal ayah saya. Kemudian ibu saya menikah lagi, lalu saya tinggal bersama bapak tiri," katanya, ditemui Bangkapos.com (Tribunnews.com network), Senin (1/8/2016) di Mapolsek Pemali Bangka.
.
Begitu juga AG, mengaku broken home tinggal bersama bapak tiri.
AG mengaku putus sekolah, dan berkali-kali melakukan tindak kejahatan.
Hasil kejahatan menurut AG dia habiskan untuk foya bersama pelaku lainnya ke tempat hiburan malam hingga ke lokalisasi.
"Saya juga tinggal sama bapak tiri," kata AG..
Lain halnya AD. Pelaku perampokan satu mengaku baru beberapa tahun terakhir tinggal di Pulau Bangka.
Di Bangka AD kerja tak menentu dan tinggal di sebuah proyek di Paritpekir Sungailiat..
"Orangtua saya di Flores, tidak tahu tentang kejadian ini," katanya.
Sementara MD, si otak pelaku juga mengaku sejak kecil sudah mencuri.
Remaja usia belasan tahun ini sebelum merampok, pernah membongkar brankas sebuah dealer sepeda motor di Sungailat dan berhasil menggasak uang puluhan juta rupiah.
"Orangtua saya di Sinarjaya, sejak kecil saya sudah sering mencuri, dan saya putus sekolah. Saat ini saya sednag menjalani hukuman di Bukitsemut sebagai narapidana karena mencuri motor. Sedangkan kasus perampokan baru terbongkar sekarang," katanya.
Kisah serupa juga diutarakan pelaku lainnya.
Rata-rata mereka mengaku tak harmonis di keluarga, lalu terjerumus ke pergaulan yang keliru.(*)