Ia mempersilakan kepada orang yang tidak mampu dan membutuhkan kaki palsu datang ke tempat usahanya. Taufiq akan membuatkan tanpa orang tersebut mengeluarkan biaya.
Hingga saat ini, Taufiq mengaku setiap bulan minimal satu kaki palsu diberikan kepada ornag yang membutuhkan, namun secara ekonomi di bawah menengah garis kemiskinan.
“Saya ingin membantu sesama karena mereka butuh. Kalau tidak (punya kaki), mereka tidak bisa bekerja, kasihan keluarganya,” katanya.
Ia menyebut, sebagian besar pengguna kaki palsu dan tangan palsu adalah penderita diabetes yang anggota tubuhnya diamputasi, korban kecelakaan lalu lintas, dan mengalami cacat sejak lahir.
Alas Kaki Impor
Tidak semua bahan pembuatan kaki palsu, tangan palsu, dan penyangga tulang belakang murni buatan Taufiq. Taufik mengaku, ada satu bahan yang diimpor dari China, yakni, alas kaki.
“Cuma alas kaki saja barangnya impor dari China, lainnya buat sendiri,” ujarnya.
Bahan untuk membuat kaki palsu, antara lain, serabut fiber, kain, spon, dan plastik. Untuk mengeraskan semua bahan sesuai bentuk kaki pemesan, Taufiq menggunakan cairan resin. Sedangkan bagian dalamnya dilapisi imitasi agar tidak melukai penggunanya.
Taufiq memiliki dua orang yang selalu membantunya. Dua orang tersebut diberi tugas penyelesaian akhir. Sedangkan Taufiq bertugas mengukur kaki pemesan dan memodifikasi kaki palsu.
Harga produk yang dijualnya beragam. Kata Taufiq, harga disesuaikan dengan bahan dan modifikasi. Modifikasi yang dimaksud ada yang tanpa kunci dan ada yang diberi kunci.
Harga kaki palsu yang panjangnya di bawah lutut antar Rp 3 juta hingga Rp 10 juta.
Ukuran kaki palsu di atas lutut antara Rp 4,5 juta hingga Rp 18 juta.
Harga tangan palsu dipatok Rp 1,5 juta hingga Rp 4 juta. Sedangkan alat penyangga tulang punggung Rp 350.000.
Sementara itu, pengguna kaki palsu buatan Taufiq bernama Ahmad Munif (48) warga Kutorejo Tuban mengaku telah memakainya sejak dua tahun lalu. Awalnya ia harus menyesuaikan diri.
Munif yang kaki kirinya diamputasi gara-gara luka karena kecelakaan tahun 2012 itu bisa menyesuaikan setelah tiga bulan memakai.
Lamanya penyesuaian itu, kata Munif dikarenakan kaki kirinya juga tak bisa digunakan untuk berjalan.
“Lama kelamaan saya merasa nyaman. Sekarang bisa beraktifitas lagi," ujar bapak tiga anak ini.