Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang menggulirkan program sekolah seharian penuh menuai pro dan kontra.
"Sistem sekolah seharian penuh patut dipertanyakan. Jangan sekadar lempar wacana, tapi tidak siap dari segi model inplementasi seperti sebelumnya," kata Ketua Dewan Pendidikan Sulawesi Selatan, Adi Suryadi Culla,Senin (8/8/2016).
Kebijakan tersebut terlalu dini untuk disampaikan, padahal sebaiknya kajian tentang sekolah seharian penuh atau full day school harus dimatangkan, dikaji, lalu diwacanakan ke publik.
"Model FDS itu butuh kesiapan sekolah. Itu memang sudah dipraktikkan oleh beberapa sekolah tapi ada juga kelemahannya. Khususnya kurikulum dan porsi pembelajaran siswa harus jelas, karena bukan sekadar tambahan jam belajar, namun juga masalah psikologis siswa terkait kejenuhan di kelas," tutur dia.
Sebaiknya kebijakan FDS tersebut perlu percontohan saja terlebih dahulu yang disiapkan, agar tidak mengulang pengalaman carut marut penerapan Kurikulum 2013 yang dianggap gagal.
"Sebaiknya ide dan kebijakan tersebut dikaji matang, jangan dipaksakan ke setiap daerah. Kasihan dunia pendidikan selama ini selalu jadi korban kebijakan yang prematur dari setiap menteri baru," dia mengeluh.
"Kita patut menghargai setiap ide baru, namun jangan sampai hanya sekadar cari sensasi. Tidak matang, hanya untuk tampil beda, lalu setelah diterapkan muncul masalah buruk tidak terantisipasi, seolah dunia pendidkan hanya menjadi obyek eksperimen setiap menteri baru," tambah dia.