Kendati demikian, dirinya yakin suami dan kru kapal lainnya akan selamat.
"Kalau saya tidur, saya seperti mengkhianati dia (Ismail). Jadi saya sudah susah tidur dan kerap tidak tidur sepanjang malam, karena kepikiran dia. Bagaimana dia sana, apakah sudah makan maupun kesehatan dia seperti apa," tuturnya.
Mega mengaku, psikolog yang dikirim Kementerian Luar Negeri cukup membantu dirinya dan kelaurga ABK lainnya. Meski demikian tetap saja dirinya sangat membutuhkan psikolog yang saat ini tengan menjadi sandera di Filipina, yakni suaminya.
"Saya tidak butuh psikolog dari Kementerian, karena psikolog saya ada di Filipina, segera saja datang dia (Ismail)," ucapnya sambil tersenyum. "Saya inginnya ke Jakarta lagi, ya untuk jemput suami saya," tambahnya.
Abdul Muis, ayah Kapten Ferri Ariffin akan menagih janji pemerintah, yang menyatakan kepada dirinya dan keluarga ABK lainnya untuk membebaskan kru kapal dengan selamat. Janji tersebut diberikan pemerintah, melalui Menkopolhukuam Wiranto.
"Pemerintah sudah berjanji dan itu harus ditepati, dan kami akan tagih janji itu. Apapun cara yang digunakan pemerintah, yang penting mereka cepat pulang dan selamat sampai di Indonesia," tuturnya.
Tak Bisa Berbuat
Ultimatum yang dikeluarkan kelompok milisi Abu Sayyaf membuat keluarga sandera harap‑harap cemas. Bukan tak mungkin keselamatan WNI yang sebagian besar berdomisili di Samarinda terancam.
Panglima Kodam VI Mulawarman Mayjen TNI Johny L Tobing kepada wartawa di Balikpapan mengaku tak bisa berbuat banyak terhadap permasalahan tersebut. Hal tersebut di luar kewenangannya, meskipun sandera merupakan WNI yang berasal dari Kaltim.
"Tak banyak bisa kami (Kodam) lakukan yang bisa memberikan dampak kepada keluarga korban saat ini. Masalah ini sepenuhnya ditangani pusat. Prinsipnya kami kalau diperintah siap. Siapkan itu, baru kami siapkan. Tapi bagaimana mereka bisa pulang , jujur kami belum bisa berbuat apa‑apa," katanya.
Pemerintah saat ini telah banyak melakukan upaya terkait pembebasan WNI yang disandera Abu Sayyaf untuk ketiga kalinya. Mulai negoisasi hingga pertemuan diplomasi antarMenteri Luar Negeri.
"Kami hanya bisa memberikan saran kepada mereka (keluarga korban) sama-sama perbanyak berdoa kepada Tuhan demi keselamatan ," ujarnya.
Pangdam menyatakan belum mendapatkan perintah untuk membentuk tim khusus atau pangkalan khusus seperti proses pembebasan sandera sebelumnya di Tarakan.
"Terkait pasukan khusus maupun teknis pembebasan. Itu rahasia Panglima TNI, kalau dikasih tahu mereka siap‑siap. Dukungan Kodam hanya logistik berkaca pengalaman sebelumnya," paparnya usai silaturahmi antara Keluarga Besar TNI dan media massa di Balikpapan.
Hal senada diungkap Gubernur Awang Faroek Ishak. Awang menyerahkan seluruh tindakan dan keputusan kepada pemerintah pusat.