Hadiah yang diperebutkan biasanya bahan makanan seperti keju, gula, serta pakaian seperti kemeja, maklum karena dikalangan pribumi barang-barang seperti ini termasuk mewah.
Sementara orang pribumi bersusah payah untuk memperebutkan hadiah, para orang-orang Belanda menonton sambil tertawa.
Tata cara permainan ini belum berubah sejak dulu
Panjat Pinang dalam Budaya Tionghoa
Prosesi panjat pinang ini memang populer di Fujian, Guangdong dan Taiwan berkaitan dengan perayaan festival hantu .
Ini dapat dimengerti dari kondisi geografis di kawasan itu yang beriklim sub-tropis, yang masih memungkinkan pinang atau kelapa tumbuh dan hidup.
Perayaan ini tercatat pertama kali pada masa dinasti Ming.
Lumrah disebut sebagai 'qiang-gu'.
Namun pada masa dinasti Qing, permainan panjat pinang ini pernah dilarang pemerintah karena sering timbul korban jiwa.
Sewaktu Taiwan berada di bawah pendudukan Jepang, panjat pinang mulai dipraktekkan lagi di beberapa tempat di Taiwan berkaitan dengan perayaan festival hantu.
Panjat pinang masih dijadikan satu permainan tradisi di berbagai lokasi di Taiwan.
Tata cara permainan lebih kurang sama, dilakukan beregu, dengan banyak hadiah digantungkan di atas.
Namun bedanya tinggi yang harus dipanjat bukan hanya setinggi pohon pinang, namun telah berevolusi menjadi satu bangunan dari pohon pinang dan kayu-kayu yang puncaknya bisa sampai 3-4 tingkat bangunan gedung.
Untuk meraih juara pertama, setiap regu harus memanjat sampai puncak untuk menurunkan gulungan merah yang dikaitkan di sana(*)