Laporan Wartawan TribunSolo.com, Galuh Palupi Swastyastu
TRIBUNNEWS.COM - Tentu tak ada satupun wanita yang ingin menjadi janda. Tapi karena alasan tertentu ada beberapa wanita yang kemudian harus hidup menjanda.
Ada yang mengatakan jika menikahi seorang janda akan mendapatkan pahala yang besar. Apalagi jika janda tersebut telah memiliki anak.
Karena itu berarti kamu akan ikut menjaga dan memelihara anak yatim.
Nah, berbicara soal janda, ada sebuah fenomena unik yang bisa ditemukan di salah satu wilayah Indonesia ini.
Dilansir dari Wikipedia, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, terkenal mempunyai banyak penduduk wanita yang berstatus janda muda.
Kabupaten yang beribukota di Sampit tersebut punya banyak stok janda yang masih muda dan cantik.
Jika dihitung berdasarkan sensus penduduk, maka ada sekitar 473 wanita muda yang berstatus sebagai janda.
Tingginya angka wanita berstatus janda tersebut membuat keprihatinan tersendiri bagi warga dan pemerintah daerah setempat.
Pasalnya, meski kota mereka menjadi sedikit terkenal, tapi hal itu bukanlah sesutau yang membanggakan.
Banyaknya janda di daerah tersebut disebabkan karena tingginya angka perceraian yang terjadi.
Warga daerah setempat mempunyai kebiasaan untuk menikahkan anak-anak mereka pada usia yang masih belia.
Hal itulah yang dilansir sebagai penyebab seringnyab terjadi kasus perceraian.
Para pasangan muda tersebut belum mempunyai pondasi yang kokoh untuk menjalani komitmen pernikahan, sehingga akhirnya mereka bercerai.
Selain itu, faktor ekonomi juga menjadi penyebab terjadinya perceraian.
Keadaan ekonomi yang sulit dan sulitnya mencari pekerjaan berimbas pada komitmen pernikahan yang tak bisa lagi dipertahankan.
Sebenarnya pemerintah telah memberikan himbauan kepada para orangtua di wilayah itu agar terlebuih dahulu mempersiapkan anak-anak mereka secara matang sebelum memutuskan untuk menikahkan anaknya.
Nah, bagaimana menurutmu?
Kamu yang jomblo, mungkin berniat untuk datang ke daerah ini.
Kampung Serupa di Bogor
Suasana di Kampung Janda sepintas sama seperti kampung biasanya, banyak warga yang melakukan aktifitas di sekitar rumahnya.
Namun saat siang hari, di Kampung Janda ini, aktifitas warganya lebih didominasi oleh para perempuan dan anak-anak.
Ibu-ibu mengenakan daster, terlihat asyik mengobrol di warung, atau di depan rumah mereka.
Sementara para suami dan anak laki-lakinya yang sudah besar, jarang terlihat karena sebagian besar sedang bekerja di galian pasir, di atas bukit.
Beberapa, tidak memiliki suami karena suaminya meninggal, atau karena cerai.
Kampung Panyarang di Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor ini memang akrab disapa Kampung Janda oleh warga sekitar, karena banyak perempuannya yang menjadi janda.
Usianya beragam, mulai dari 14 tahun hingga lanjut usia sekitar 60-70 tahun.
"Di RT saya saja, dari 65 kepala keluarga (KK), ada sekitar 30 perempuan yang menjanda," kata Ketua RT 05, Ade Suryadi kepada TribunnewsBogor.com.
Para perempuan itu, kata dia, menjanda akibat banyak hal, ada yang suaminya meninggal tertimbun galian pasir, atau meninggal karena penyakit.
"Di kampung sini kan sekitar 80 persen warganya bekerja sebagai penambang galian di atas," ujarnya.
Ia menuturkan, beberapa tahun yang lalu pernah terjadi longsor di galian pasir sehingga menewaskan ratusan orang.
"Nah makanya istri-istrinya pada menjanda, dan longsor yang menelan korban jiwa di sana bukan sekali dua kali saja," jelasnya.
Selain itu, faktor nikah muda di kampung tersebut juga menjadi penyebab banyaknya perempuan yang menjanda.
"Di sini ada yang umur 17 tahun sudah jadi janda dua kali, 12-14 sudah pada menikah dan jadi janda. Saya saja sudah punya cucu, padahal usia masih 30 tahunan," ujarnya sambil tertawa.
Karena minimnya pendidikan, akhirnya para orang tua memutuskan untuk menikahkan anak perempuannya meski masih berusia dini.
"Rata-rata di sini mah lulusan SD semua, jarang ke SMP. Mau sekolah SMP apalagi ke SMA jauh, cuma ada SD di sini. Makanya daripada bengong-bengong di rumah ya sudah nikahin saja," jelasnya.
Kampung Janda atau Kampung Panyarang ini, masuk dalam kawasan RW 07, dan terdiri dari lima RT.
"Rata-rata satu RT itu ada sekitar 60 KK, jadi satu RW ada sekitar 300 KK, saya nggak hafal jumlah pastinya," kata Ketua RW 07, M Endang Iskandar menambahkan.
Wilayah RT 05 ini, kata dia, masuk wilayang Kampung Panyarang Lebak, karena lokasinya paling bawah.
"Kalau di atas, RT 01-03 lebih banyak lagi jandanya. Karena semua warganya kerja di galian," kata dia.
Tak hanya laki-lakinya yang bekerja sebagai penggali pasir dan pemecah batu, para perempuannya juga bekerja sebagai penyaring pasir.(*)