Laporan Wartawan Tribun Medan, Nanda F. Batubara
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak mengaku pernah menyampaikan saran agar jenazah para koruptor yang beragama Islam tidak disalatkan.
Hal itu, menurut Dahnil, merupakan upaya pencegahan korupsi. Namun, kata Duhnil, usul itu ditentang banyak pihak.
Meski demikian, katanya, saran tentang larangan mensalatkan jenazah koruptor sudah ada di fiqih anti korupsi Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama sejak 2005 silam.
Dahnil juga mengatakan akan kembali menyarankan hal tersebut kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar bersedia menerbitkan fatwa-nya.
"Saya lihat penangkapan-penangkapan itu tidak membuat jera koruptor. Kita butuh pendekatan budaya untuk mengubah kebiasaan itu sendiri (korupsi). Tapi, sayangnya, saran saya ini kemarin banyak diprotes. Bahkan banyak yang mengancam dan meneror saya melalui pesan seluler," ujar Dahnil saat memberikan pandangan dalam acara Kuliah Umum Madrasah Anti Korupsi Kelas Sumut di Hotel Madani Medan Jalan Sisingamangaraja, Senin (29/8/2016).
Pada kesempatan itu, Dahnil bercerita tentang kisah Nabi Muhammad SAW yang enggan mensalatkan jenazah seorang sahabat setelah tewas dalam suatu perang. Alasannya, sahabat tersebut ternyata telah melakukan ghulul (korupsi).
"Hanya karena menggelapkan manik-manik hasil perang melawan Yahudi, Nabi tidak mau mensalatkan sahabat tersebut. Padahal yang digelapkan itu nilainya hanya dua dirham. Bayangkan berapa yang dikorupsi para pejabat kita. Ini akan ampuh untuk membuat takut pejabat melakukan korupsi, bahkan lebih takut dari hukuman mati," ujarnya mengakhiri. (cr5)