TRIBUNNEWS.COM - Karo Kristian Daeli, bocah yang baru berusia 3 tahun 6 bulan itu tidak bisa bermain sebagaimana anak-anak seusianya.
Anak keempat dari 5 bersaudara pasangan Fenansius Daeli dan Abadi Gulo mengalami kelebihan sel darah putih.
Bahkan saat ini, bila menangis dari matanya keluar darah.
Kedua orang tua Kristian yang menjadi petani karet, hanya bisa pasrah karena tidak mempunya biaya untuk mengobati buat hatinya.
Apalagi saat ini harga karet sangat rendah yakni di bawah Rp 5.000.
“Kami hanya bisa pasrah akibat penyakit langka yang diidapnya. Terkadang mengeluarkan cairan darah ketika menangis,” ujar sang paman, Hendrik Daeli, di Onolimbu, Nias Barat, Selasa (13/9/2016).
Hendrik mengatakan, penyakit itu sudah diderita keponakannya sejak tahun lalu.
Dia menceritakan, dengan bermodalkan Kartu BPJS, pihaknya sudah membawa Kristian ke RSUD Gunungsitoli.
Namun, RSUD Gunungsitoli menyebut kartu BPJS tersebut tidak aktif.
"Terpaksa kami harus pinjam uang kepada tetangga dan itupun tidak bisa membantu meringankan penyakitnya. Malah kami disarankan untuk membawanya ke Medan. Padahal kami sendiri tidak memiliki biaya untuk bisa membawanya ke sana," ucapnya.
Menurut dia, dokter menyebutkan, jika tidak segera mendapatkan perawatan intensif, penyakit Kristian akan semakin parah.
Saat ini Kristian hanya tinggal di rumah. Keluarga tidak membawanya ke rumah sakit, karena ketiadaan biaya.
"Yang saya sedihkan, kalau dia nangis mengeluarkan cairan berwarna merah, kami sangat membutuhkan bantua jika ada yang bisa membantu,” kata dia.
Selain memiliki penyakit itu, sebut Hendrik, sejak 6 bulan lalu keponakannya itu memiliki kebiasaan makan arang.
“Saat kami melihat dirinya mengonsumsi arang kayu, langsung kami larang, dan dia langsung menangis. Di situ mulai berderai air matanya namun yang keluar cairan berwana merah,” sebut dia.
Keluarga yang tinggal di Desa Onolimbu, Kecamatan Lahomi, Kabupaten Nias Barat, Sumatera Utara, berharap ada dermawan yang bisa meringankan biaya Karo Kristian Daeli.
KOMPAS.com/Kontributor Nias, Hendrik Yanto Halawa