TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Panglima Kodam V/Brawijaya Mayjen TNI I Made Sukadana mengakui sejumlah oknum TNI-Polri menjadi "murid" Padepokan Dimas Kanjeng Probolinggo, namun mereka hanya menjadi "tameng" dari padepokan itu.
"Saat hendak menggerebek padepokan itu, Kamis (22/9/2016), pihak Polda Jatim sudah berkoordinasi dengan kita karena ada beberapa oknum TNI di sana," kata Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI I Made Sukadana di Surabaya, Jumat (30/9/2016) malam.
Namun, ia tidak tahu persis data oknum TNI secara rinci, karena Polda yang tahu datanya.
"Yang jelas, koordinasi itu sangat penting agar tidak ada benturan TNI-Polri saat penangkapan pimpinan tertinggi Padepokan Dimas Kanjeng itu," katanya.
Sebelumnya, jajaran Polda Jatim menyatakan dua korban pembunuhan yang dilakukan "Tim Pelindung Dimas Kanjeng" itu terjadi atas perintah Taat Pribadi dengan melibatkan sembilan pelaku yang hampir separuh dari pelaku merupakan oknum TNI yang disersi.
Pangdam Brawijaya menyatakan pihaknya tidak ingin menutupi keterlibatan oknum TNI dalam kasus Dimas Kanjeng.
"Tidak ada yang ditutupi, apakah mereka masih aktif di TNI atau pecatan, maaf, kami tidak mengetahui, karena Polda Jatim yang tahu datanya. Cuma, mereka dijadikan tameng saja agar Dimas Kanjeng disegani orang," kata jenderal berbintang dua yang pernah lima tahun bertugas di Papua itu.
Oleh karena itu, ia berharap kerja sama TNI-Polri di Jatim akan dapat menuntaskan kasus yang dapat mencoreng nama institusi itu, karena itu ia mendukung langkah Polda Jatim dalam bertindak tegas, termasuk penggerebekan yang melibatkan Wakapolda Jatim dan Komandan Kodim setempat.