Tak hanya digunakan sebagai tempat praktek siswa-siswinya, kini Wardah telah dipercaya oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Kalimantan Barat sebagai pendamping magang nasional.
"Udah dua tahun ini kita mendapatkan kepercayaan dari Disperindag provinsi untuk menjadi pendamping magang nasional. Jadi mereka yang magang belajar disini, mengamati proses pembuatan batik. Itu tidak hanya pelajar, mau dia mahasiswa, karyawan dan orang umum sekalipun bisa magang di sini. Prosesnya mereka daftar dulu ke disperindag provinsi," jelas Wasilah.
Dijelaskan Wasilah, untuk membuat batik, kain yang digunakan harus terbuat dari bahan kapas, karena kalau kainnya tidak terbuat dari bahan baku kapas tidak bisa dibuat menjadi batik.
Untuk memastikan kain tersebut terbuat dari kapas atau tidak bisa dites dengan cara dibakar sedikit di sisi kain, kalau abunya seperti abu racun nyamuk bakar berarti kain tersebut mengandung kapas 100 persen. Tapi kalau abunya menggumpal berarti kainnya terbuat dari bahan plastik, dan tidak bisa dibuat batik, karena kain dengan bahan plastik tidak bisa menyerap warna.
Sedangkan untuk bahan baku seperti kain, pewarna dan peralatan membatik lainnya, semua didatangkan dari Jawa.
"Alhamdullilah sekarang kita udah ada agen yang bisa memfasilitasi supaya harga nya tidak terlalu mahal," kata wanita berhijab itu.
Proses pembuatannya sebelum dibatik, kain terlebih dahulu direndam selama satu hari satu malam, tujuannya untuk membersihkan bekas kanji yang masih menempel di permukaan kain yang bisa menghalangi penyerapan warna pada proses mewarnai.
Kemudian dicuci seperti mencuci pakaian biasa. Setelah dikeringkan dan disetrika, dilanjutkan ke tahap pembuatan pola sesuai dengan motif yang diinginkan.
"Kemudian masuk ke proses pencantingan, setelah itu ke proses pewarnaan dengan mencelup kain ke air yang dipanaskan yang sudah diberi pewarna, kemudian masuk ke proses penembokan terus pencelupan kedua. Setelah itu baru lah kita rebus kainnya. Selesai dah tu, jadi lah batik," cerita Wasilah.
Pada peringatan Hari Batik Nasional 2016 beberapa hari lalu yang jatuh pada tanggal 2 Oktober, SMKN 3 Pontianak menggelar ajang pemilihan Putra-Putri batik yang diikuti oleh 28 peserta putra dan 28 peserta putri dari kelas X hingga kelas XII.
Siswa-siswi yang terpilih akan menjadi duta batik di SMKN 3 Pontianak, yang bertugas mengenalkan batik karya mereka di Kalbar melalui berbagai event pameran yang ada.
Selain itu, pengenalan batik wardah juga dilakukan melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah, yang dikenalkan ke murid-murid Sekolah Dasar (SD) melalui pelatihan persiapan menjelang O2SN, dan mentornya adalah pelajar dari SMKN 3 yang tergabung dalam komunitas Wardah.
"Sampai sekarang sudah empat kali kita menjadi mentor anak-anak SD yang menjadi perwakilan mengikuti O2SN. Alhamdullilah anak-anak yang kita dampingi selalu dapat juara, dan lebih membanggakan lagi dulu waktu itu juara I, II dan III adalah SD yang kita dampingi," kenang Wasilah.
Tak hanya itu, demi memperkenalkan batik wardah ke masyarakat luas, sejak dua tahun ini, seminggu sekali saat car free day, mereka selalu mendirikan stand untuk memajang batik-batik yang sudah jadi, disitu mereka juga mempraktikkan proses pembuatan batik, dan pengunjung juga bisa belajar langsung disitu.