Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Setiap benda maupun sampah antariksa bisa jatuh ke daratan jika ketinggiannya sudah mendekati 120 kilometer.
Sebab setiap objek antariksa yang berada di ketinggian itu memasuki atmosfer padat sehingga tidak memungkinkan untuk naik kembali.
"Objek itu akan terbakar, dan yang tidak terbakar atau tersisa akan jatuh," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, di kantor pusat sains antariksa Lapan, Jalan dr Djundjunan, Kota Bandung, Jumat (7/10/2016).
Thomas mengatakan, wilayah Indonesia merupakan lintasan sampah antariksa yang mengorbit kepada bumi menyusul posisinya berada di wilayah ekuator.
Menurutnya, Indonesia memiliki garis ekuator yang panjang sehingga potensi menerima sampah antariksa pun besar.
"Sementara memastikan posisi terjatuhnya sampah antariksa ke daratan itu sulit, negara lain juga tidak bisa memberi peringatan, karena ketidakpastiannya besar sekali," kata Thomas.
Thomas mencontohkan, sampah antariksa milik Rusia yang jatuh di Bengkulu pada 2003 awalnya diperkirakan akan jatuh di Arab Saudi.
Namun pada kenyataannya sampah antariksa yang berupa tabung itu jatuh di Indonesia.
"Jadi dalam waktu beberapa menit sudah ribuan kilometer pindahnya," kata Thomas.
Sedangkan sampah antariksa milik perusahaan Amerika Serikat itu, kata Thomas, tadinya masih berada di Afrika pada ketinggian 80 kilometer pada pukul 09.00 WIB.
Berdasarkan perkiraan, sampah antariksa itu akan jatuh di Lautan India atau Laut Jawa pada pukul 10.00 WIB.
"Lintasan bisa diprakirakan tapi titik jatuhnya tidak bisa," ujar Thomas.
Rhorom Priyatikanto, Peneliti Bidang Astronomi dan Astrofisika Lapan, mengatakan, terjatuhnya roket bekas Falcon 9 di Sumenep lantaran keluar dari jalur perlintasan atau lintasannya miring sekitar 20 derajat dari equator.
Di samping itu, katanya, posisi roket bekas itu sudah berada di atas Lautan India dengan ketinggian 60 kilometer pada 26 September 2016.
"Nada ketinggian itu ada hambatan atmosfer yang begitu luar biasa dan hebat. maka dari itu, alih-alih naik lagi benda itu malah mengalami pengereman dan turun. Akhirnya jatuh di daerah Madura," kata Rhorom.
Roket Falcon 9 memang disebut-sebut sebagai jenis roket pertama di dunia yang dilengkapi dengan teknologi untuk mendaratkan kembali bagiannya di permukaan bumi.
Namun, kata Rhorom, benda yang terjatuh di Sumenep itu bekas bagian dari roket peluncur yang akan jatuh dengan sendiri dan tidak terkontrol.
"Setiap roket perlu roket pendorong, Roket pelunucur satelit itu ada berbagai macam bagian dan sebagian besar jadi sampah antariksa," kata Thomas. (cis)