Ketika proses evakuasi korban akan dihentikan, kedua putrinya itu terlihat mengapung dalam keadaan sudah tidak bernyawa.
Seketika tubuh Sulianta dan kerabatnya lemas dan tangis kesedihan pun pecah.
“Semua terjadi begitu cepat. Saya sangat sedih, Saya sangat trauma dengan kejadian ini,” ungkap Sulianta sembari terus menangis.
Seminggu sebelum kejadian tragis itu, Sulianta sempat memiliki firasat aneh.
Ia melihat burung gagak terbang dan hinggap di sekitar kediamannya.
Ia tidak menyangka bahwa hal itu menjadi tanda-tanda kejadian pilu yang dialami keluarganya.
Sulianta harus kehilangan kedua putrinya dalam waktu bersamaan.
“Saya tidak dapat berucap apa-apa lagi, saya sangat kehilangan. Kenapa tidak saya saja yang terlebih dahulu pergi ketimbang dua anak saya,” ujarnya.
Rumah duka kemarin juga dipadati oleh hadirnya teman-teman sekolah almarhumah Putri Krisna Dewi, yang merupakan siswi kelas III SDN 3 Lembongan. Sedangkan almahumah Kadek Mustika Savitri merupakan siswi TK Widya Kumara.
“Saya terakhir mengantarkan sekolah Krisna Dewi pada Jumat lalu. Tak ada hal-hal yang aneh pada anak itu. Biasa saja seperti anak-anak pada umumnya. Tapi, ia merupakan anak yang sangat ceria,” terang Ni Ketut Berati, guru agama di SDN 3 Lembongan. (Eka Mita Suputra)